Bandung yang Kece, Bandung yang Kucinta



Dalam salah satu episodenya, Oprah Winfrey pernah mengatakan bahwa negaranya, Amerika Serikat merupakan negara penuh harapan. 

Dan kali ini  saya sedang pingin sok-sok-an mengutip kata-katanya tapi agak berbeda yaitu:

Kota Bandung, Kota Harapan

Siapa sih yang ga tau bahwa Kota Bandung itu tanahnya  subur, penduduknya ramah someah (mudah tersenyum) , kreatif dan senang perubahan.  Sungguh tepat kata MAW Broewer bahwa 

Bumi Pasundan lahir tatkala  Tuhan tersenyum.

Banyak deh contohnya, tapi kali ini saya ingin berceritera tentang gerakan kece yang  dimotori sekelompok anak muda Kota Bandung , yaitu GPS atau Gerakan Pungut Sampah.

Yaaaaa…….., apa kecenya mungutin sampah? Biasa aja atulah. Mana sampah mah kotor, jijik, idih turun derajat kita kalo mungut sampah. 

Nah, itu dia. Selama ini kita punya paradigma salah. Beberapa waktu lalu seorang anak kecil membuang sampah bekas minuman dari jendela angkot (angkutan umum).  Pas mau saya tegur, eh si anak bilang ke ibunya: “Mah, sampah sumber penyakit ya mah? Harus dibuang ya mah?”  Si ibu yang sedang asyik main ponsel hanya mengangguk, ngga mempedulikan apa yang diperbuat anaknya.

Bayangin jika semua anak di Bandung punya ibu yang cuek beybeh kaya gitu? Bakal penuh sampah deh jalan-jalan Kota Bandung. Padahal sekarang tiap angkot ada tempat sampahnya lho. Duh, waktu itu rasanya pingin jadi Satpol PP yang bisa memberi sanksi  Rp 250.000. Bukan uangnya tapi  shock therapy yang dihasilkan.

Karena itu saya bersyukur banget banyak anak muda yang peduli sampah dengan memungutnya.  Kelompok anak muda ini bernama Bdg Clenaction dan gerakannya diadopsi pemerintah kota yang digawangi pak Ridwan Kamil yang segera menginstruksikan agar sekolah, kantor kelurahan , kecamatan serta  instansi lain mengadakan GPS setiap Senin, rabu dan Jumat.

Tujuan gerakan ini adalah:

1.      Warga terbiasa melihat kawasannya bersih. Diharapkan jika melihat lingkungannya bersih maka warga akan menahan diri untuk tidak nyampah.

2.      Dengan adanya GPS, warga jadi peduli sampah. Mereka paham ada sampah organik yang bisa diolah menjadi gas methan, bahan baku memasak. Juga sampah anorganik yang bisa dikumpulkan via Bank Sampah sehingga mereka punya tabungan . Lumayan lho nabung Rp 5.000 per minggu, setahun  bisa Rp 260.000. Banyak ngga? Ih sombong pisan jika ngejawab ngga. Iya deh percaya deh orang kayyaaahh  .....  😀😀

3.      Diharapkan juga sikap  feodalisme terhadap sampah jadi terkikis. Warga merasa bertanggung jawab terhadap sampahnya. Ngga main tunjuk ke tukang sampah dan pemerintah daerah untuk urusan sampah. Lha memangnya  pemerintah hanya ngurusin sampah yang dibuang lewat jendela angkot? Kasihan banget :o

Nah,  sudahkah kotamu melaksanakan GPS? Jika belum tweet deh kepala daerahnya. Hari gini kepala daerah umumnya punya akun twitter atau facebook kan ya?

Selain  GPS, Bdg Cleanaction juga mengkampanyekan #1000tumbler. Yaitu gerakan menggunakan tumbler untuk tempat minum. Sehingga mengirit, ngga usah beli air minum dalam kemasan (AMDK).  Keren bin kece kampanye ini, karena kalo kita dianjurkan ngga minum AMDK pasti bakalan marah kan?  Iya kan? 

Nah dengan membawa tumbler kita terhindar beli  AMDK. Wuaduh sampah AMDK itu sulit diproses saudara-saudara. Membutuhkan banyak biaya dan panjang banget prosesnya.

Kok sulit diproses sih? Gini nih analoginya. Pernah masak dan gagal? Nah mendingan mana: bikin masakan baru atau mengolah ulang masakan gagal tadi supaya layak makan?

Masih bingung? Contoh lain ya, misalnya kita bikin baju dan gagal.  Mendingan mana bikin baju dengan bahan baru atau merombak baju gagal? Umumnya bikin yang baru ya? Atau malas nerusin dan dicampakkanlah masakan gagal atau baju gagal tadi. Itu juga yang terjadi ketika recycle sampah dilakukan, butuh biaya tambahan yang ngga sedikit. Dan prosesnya berputar-putar. Belum lagi jejak ekologisnya yang panjang nian.

Oh ya, ngga semua sampah botol plastik minuman direcycle lho teman-teman, banyak diantaranya malah dibuang ke saluran sungai dan menyebabkan banjir. Jika lolos ke lautan ya mengakibatkan banyak biota laut yang mati. Kasihan kan?

Jadi kece banget kan gerakan #1000tumbler itu? Apalagi sekarang banyak tumbler yang keren-keren. Hayuk ganti AMDK – mu dengan tumbler , kemudian selfie dan mention @Bdg Cleanaction, pasti deh di retweet  dengan suka cita. Iya karena berarti bertambah lagi warga Indonesia yang ngga mau bumi tempat tinggalnya tertimbun sampah.




Uh lebay, mana mungkin rumah ketimbun sampah?  Ya, mungkin banget lho. Daya dukung hidup kita , yaitu bumi kan terbatas. Bumi ngga mungkin bertambah luas atau membengkak. Idih emangnya manusia ya, yang sesudah makan maka perutnya membuncit  ;)   

Nah karena bumi tetap, sementara jumlah manusia bertambah banyak,  otomatis sampahnya pun membludak. Suatu saat jika kita ngga bijak maka terjadilah bencana memalukan seperti kasus Leuwigajah pada Februari 2005 silam. Orang-orang yang sedang nyenyak tidur tau - tau keuruk  longsoran sampah. Ngga heran sekitar 143 orang meninggal dunia. Widih ngga keren banget ya? Meninggal karena sampah. *Tutup muka, malu*    ðŸ˜¢ðŸ˜¢

 Dan yang terakhir, last but not least, ini yang paling keren menurut saya yaitu zero waste event pada penyelenggaraan nonton bareng (nobar) Persib. Padahallllll …… nonton  bola kan ngga asyik kalo ngga makan kacang, gorengan, minum kopi dalam gelas plastik,   etc … etc……


nobar Persib
Jadi saya angkat jempol setinggi-tingginya karena mereka udah berhasil bikin even yang zero waste alias  hampir ga ada sampah. Bahkan merokok di area nobar-pun dilarang. Mungkin banyak yang mengira acara akan gagal ya? Penonton yang mutung ngga boleh ini dan itu bakalan pindah nonton di rumah atau di tempat lain yang boleh suka-suka ngelemparin kulit kacang dan kulit lemper kemana-mana….. *eits primitif banget ya ?* 

Tapi ternyata terbukti penonton nobar melimpah ruah tuh. Penonton-penonton yang keren dan tertib minum dari gelas-gelas kaca sehingga ngga nyampah. Cemilannyapun roti yang bikin kenyang dan  ga nyampah.

makanan dan minuman selama nobar

Berkat kerjasama Bdg Cleanction dan masyarakat awam, saya melihat harapan Kota Bandung berubah menjadi ngeunaheun deui*.  Karena,  duh dulu selalu merasa hopeless jika lihat sampah menumpuk dimana-mana mirip bangsa primitif yang ngga tahu bahwa sampah plastik baru akan terurai di bumi ratusan tahun kemudian. Iya dong kan jaman batu ngga ada plastik. Tapi sekarang kampanye udah marak, masa kita diem ditempat dan ngga mau berubah?


 Jadi sebetulnya bangsa Indonesia bisa mengubah lifestylenya  menjadi keren bin kece ya? Zero waste lifestyle gitu lho, yakin deh baru ada di Kota Bandung. Kota lain? Semoga segera meniru. Kecuali jika warganya mau tertimbun sampah ya? Mau?    *mungkin ngeri-ngeri sedap, ya?*  :D


*ngeunaheun deui = nyaman kembali.


sumber foto:  bdgcleanaction dan GPS Bandung




5 comments

  1. Akupun dari jaman kecil terbiasa bawa botol minum sendiri kemanapun, biar ga beli2 minuman botol, hemat, hahahha, selain hemat tentunya byk manfaat lain kan mbak, ngurangin sampah plastik hehehhe

    ReplyDelete
  2. Kota bandung memang sekarang hampir sama yaa ramainya kaya kota Jakarta..😊

    ReplyDelete
  3. kebersihan memang harus diawali dari pribadi masing-masing, sangat disayangkan memang kalo lihat seperti contoh di atas, orang tua yang cuek

    ReplyDelete
  4. Aku pernah ke Bandung. Dan emang sepanjang kulihat, lingkungannya bersih. Selain karena aku enggan buang sampah sembarangan. Rasanya orang-orang juga bakal nggak rela kalau mau buang sampang di areal yang sudah bersih. Lagipula tempat sampahnya juga mudah terjangkau euy.

    ReplyDelete