Ngemil Sehat? Cobalah Chocolate Peanut Butter Banana Bread yang Lezat ini
Harum selai kacang berpadu dengan pisang, coklat, kayu manis serta madu semerbak memenuhi rumah. Bikin gak sabar pingin mengiris Chocolate Peanut Butter Banana Bread yang panas karena baru keluar dari oven, memasukkan ke mulut dan menikmati kelezatannya. Yummy 😋😋
Dibanding camilan yang dikukus, seperti bolu kukus yang banyak saya share di blog ini, kudapan hasil panggang punya banyak keunggulan. Aromanya semerbak harum, teksturnya cenderung crispy diluar, lembut di dalam, serta warnanya kuning kecoklatan yang bikin laperrr….😋😋
Karena itu auto ngakak waktu lihat adegan drama Cina (atau drama Korea? Lupa!) yang berkisah tentang sajian seadanya, hasil mengukus, tapi warnanya kuning keemasan. Hehehe……mentang-mentang drama, hasil membuat kue pun dibuat drama
Baca juga:
Resep Lumpia Kulit Singkong, Camilan Lokal yang Endeus Endolita
Brulee Bomb Kimpul, Cara Asyik Menuju Kesejahteraan Pangan di Indonesia
Daftar Isi
- Awal Mula Nama ‘Nyi Omas’
- 3 Jenis ‘Tepung Sehat” made in Indonesia
- Resep Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread
Pilihan memanggang camilan harus dilakukan karena harus mulai praktek camilan sehat. Sementara resep-resep healthy food yang wara-wiri di Youtube mayoritas dipanggang, hampir gak ada yang dikukus. Kalaupun ada, sangat tidak menarik. Sehingga kepaksa deh beberapa bulan lalu saya membeli oven listrik.
Selain itu, “Nyi Omas” yang kemudian menjadi nama akun Instagram dan blog, sebelumnya merupakan divisi Yayasan Perempuan Kaisa Indonesia dalam menyajikan makanan sehat, berbahan tepung lokal.
Kiprah ini dimulai saat mengetahui tepung lokal banyak dibudidayakan petani Jawa Barat, salah satu concern DPKLTS yang dipimpin Bapak Solihin GP, mantan Gubernur Jabar.
Agar masyarakat peduli, bekerja sama dengan komunitas, Kaisa Indonesia memulai dengan bereksperimen membuat camilan berbahan tepung local tersebut.
Bersinergi deh kita mengolah tepung lokal menjadi brownies ganyong, mie wortel dan masih banyak lagi. Tentu saja penciccip pertama adalah anak-anak komunitas. Jika menurut mereka enak, maka racikan pun dinyatakan lolos.
Ingatan akan kerja sama bareng anak-anak komunitas muncul lagi sesudah saya kerap membaca blognya Dokter Taura yang kaya ilmu kesehatan anak. Salah satunya tentang #KejuAsliCheck yang bisa disajikan sebagai MPASI.
Kaget ya? Ternyata bayi boleh mengonsumsi keju lho, gak hanya bubur pisang. Rasanya kecolongan banget. Sejak melahirkan anak pertama, saya berusaha update pemenuhan nutrisinya selama 1.000 HPH. Sangat jauh berbeda dengan ibu-ibu jadul, yang kata almarhum ibunda terbiasa ‘mendublak’ bayinya dengan bubur campuran nasi dan pisang.
Caranya dengan menggendong batita kemari sambil disuapi bubur tersebut sebanyak mungkin. Anak yang berwajah cumang cemong penuh bubur pun terpaksa menelan bubur. Gak takut batita tersedak? Hihihi gaktau, mungkin yang penting anaknya gendut, parameter anak sehat zaman baheula.
Beda banget dengan kaum ibu era milenial ya? Sangat cermat dalam pemenuhan nutrisi. Asupan karbohidrat sebisa mungkin mengandung serat, misalnya beras merah. Sayangnya sulit banget mengkreasi masakan dengan beras merah.
lternatif lainnya adalah tepung oat dan tepung gandum, atau gandum berwarna kecoklatan karena masih mempunyai lapisan luar. Sayangnya tepung gandum seperti ini harganya mahal. Terakhir lihat di marketplace harga whole wheat flour atau tepung gandum utuh sekitar Rp 19.750/500 gram, atau 4 kali lipat harga tepung terigu biasa.
Padahal kita punya tepung lokal! Dari begitu banyak tepung lokal, 3 jenis diantaranya bisa banget dicoba:
3 Jenis ‘Tepung Sehat” made in Indonesia
“Mbak semoga sukses ya. Duh selama ini saya harus beli camilan khusus,’ kata seorang teman saat mendengar aktivitas Nyi Omas. Teman yang saya temui dalam pelatihan social entrepreneurship British Council tersebut memiliki anak yang menderita alergi gluten (celiac) Dia akan diare, kembung dan muntah-muntah setiap mengonsumsi panganan berbahan tepung terigu.
Sayang, saya gagal menggarap proyek, namun bertekad tetap bereksperimen membuat camilan berbahan non tepung terigu, kemudian menuliskannya. Beberapa sudah saya tulis di blog Curhat si Ambu, dilain waktu akan saya coba buat lagi dan tulis di sini.
Semoga konsisten ya? Tolong doakan.🙏🙏
tanaman ganyong (sumber: instagram.com/@dryantinatura |
Tepung Ganyol/ Ganyong
Pertama kali mengenal tepung ini saat beberapa orang petani Jawa Barat datang ke kantor DPKLTS di Jalan Riau (dulu), dan saya pun mendapat penjelasan tentang umbi ganyong (Canna edulis) yang mirip dengan tanaman bunga Canna lily yang banyak ditanam sebagai penghias taman kota.
Dahulu kala, sebagai sumber karbohidrat, ganyong menjadi penyelamat pangan keluarga petani kala musim paceklik dan masa gagal panen. Umbinya yang mengandung fosfor, potasium, magnesium, kalsium, seng, dan zat besi dimasak manjadi bubur.
Penelitian dan KKN mahasiswa sangat membantu para petani untuk memproses umbi ganyong menjadi tepung terigu. Teksturnya sangat khas, mirip tepung tapioka, karena itu kudapan yang dihasilkan cukup terbatas, misalnya brownies kukus, kue kering (cookies), egg roll dan bagelen yang kini banyak dijual di marketplace.
kaastengel dari tepung mocaf (sumber: instagram.com/mocafbandung) |
Tepung Mocaf
Berbeda dengan tepung ganyong yang stoknya tersedia di DPKLTS, saya harus berburu sendiri tepung mocaf. Di DPKLTS mereka hanya presentasi mengenai mocaf, singkatan dari modified cassava flour.
Ditemukan oleh Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr. dari Universitas Jember, walaupun berbahan sama, proses pembuatan tepung mocaf berbeda dengan tepung tapioka, yaitu dengan menggunakan bakteri asam laktat untuk modifikasi. Mungkin itulah penyebab tepung ini dinamakan modifikasi tepung singkong ya?
Agak berbeda dengan tepung ganyong yang mirip tepung kanji/aci/tapioka, hasil olahan tepung mocaf lebih empuk dan lembut mendekati hasil tepung terigu. Tepung terigu memang tak ada lawan sebagai penghasil gluten.
Perlu dicermati ketika ada yang share donat/roti berbahan tepung mocaf, apakah ada campuran tepung terigunya? Karena glutenlah yang membuat adonan roti/donat bisa mengembang cantik menul-menul.
biskuit maizena (sumber: just try and taste) |
Tepung Maizena
Jujur saya belum pernah eksperimen menggunakan tepung maizena, hanya melihat karya Mbak Endang Indriani yang bereksperimen membuat kue kering dengan tepung maizena. Kata mbak Endang, hasilnya ngeprul dan yummy.
Hasil berburu di Youtube, saya belum menemukan resep berbahan cornmeal, tanpa campuran terigu. Sebab hanya tepung terigu yang mengandung gluten, jadi kalau ingin kudapannya cantik menul-menul, ya harus menambahkan tepung terigu.
Ups mungkin bingung membedakan cornmeal dengan tepung maizena? Perbedaaan terletak dalam proses pembuatannya, seperti tepung mocaf, cornmeal merupakan butiran jagung kering yang digiling hingga halus. Sedangkan tepung maizena berasal dari pati, atau hasil proses pengendapan air perasan jagung.
Penyebutannya pun seharusnya berbeda, tepung jagung ditujukan untuk cornmeal, sedangkan tepung maizena dinamakan cornstarch atau pati jagung.
Eniwei, maizena sendiri sebetulnya brand cornstrach yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia lho. Brand yang akhirnya digunakan oleh pembeli ketika berbelanja, mirip kasus ‘Indomie’ untuk mie instan, ‘Odol’ untuk pasta gigi dan seterusnya.
Selain 3 jenis tepung local di atas, saya pernah eksperimen membuat bermacam cookies dari tepung tapioka, dan tepung ketan hitam untuk bolu gulung. Next time saya share sambil sekalian membuat ulang camilannya.
Khusus untuk tepung ketan hitam, saya pernah menjadi pelaku usaha mikro yang memproduksi bolu gulung ketan hitam lho.
Bagaimana hasilnya? Laris manis! Lain kali saya tulis ya?
Resep Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread
Pingin membuat roti tawar gandum, tapi malas! Hihihi, itulah saya. Karena tinggal di Bandung coret dan gak leluasa belanja roti gandum, saya pun berniat membuat sendiri dengan membeli tepung gandum (whole wheat flour) di market place.
Sayangnya saya sok sibuk, dan tanggal kadaluarsa tepung sudah mendekati akhir. Terpaksa deh buka Youtube untuk mencari resep. Anehnya bukan berakhir di resep roti, malah terpikat di resep Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread milik elmundoeats.com.
Resep ini kasusnya mirip roti bangket, panganan yang tidak menggunakan ragi/yeast dalam pengolahannya. Chocolate Peanut Butter Banana Bread dinamakan bread (roti) karena loyang roti tawar yang digunakan. Mirip banana bread, yang juga tidak menggunakan yeast/ragi.
Tolong koreksi jika saya salah ya? 🙏🙏
Dalam racikan resepnya, Bea dan Marco, pemilik elmundoeats.com, mengganti beberapa bahan dengan bahan yang ‘lebih sehat’.
Menurut pakar gizi, Dr. Tan Shot Yen, suatu makanan termasuk makanan sehat apabila bentuknya masih sama atau hampir sama dengan aslinya.
Beberapa bahan yang disubstitusi itu antara lain:
- Tepung terigu diganti dengan tepung gandum
- Madu dan pisang matang sebagai pengganti gula/pemanis
- Selai kacang dan buttermilk sebagai pengganti mentega/margarin.
Saya menggunakan bahan sesuai instruksi. Sayangnya karena di kampung gak ada buttermilk, saya menggunakan susu. Setelah blognya saya baca teliti, ternyata Bea dan Marco menganjurkan pemakaian santan apabila tidak mempunyai buttermilk.
Bagaimana hasilnya?
Emejing lezat banget! Manisnya pas, legit dan umami. Rasa gurih selai kacang sangat nendang, karena itu saya menyarankan penggunaan bahan berkualitas baik, agar rasa Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread lebih top markotop.
Yuk ah, kita langsung bikin:
Bahan Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread
(sumber resep: https://www.elmundoeats.com/en/healthy-chocolate-peanut-butter-banana-bread/)
- 2 cangkir (260 gram) tepung gandum utuh
- 25 gram chocolate bubuk
- 1 sendok teh bubuk kayu manis
- 1 sendok teh baking powder
- ½ sendok teh soda kue
- ¼ sendok teh garam
- 125ml buttermilk
- 140 gram selai kacang/peanut butter
- 80 gram madu
- 270 gram pisang matang, lumatkan
- 2 butir telur besar, suhu ruang
- 2 sendok teh ekstrak vanilla
- 150 gram chocolate chips
- Secukupnya selai kacang untuk topping
Cara membuat:
- Siapkan oven dengan memanaskannya dalam suhu suhu 340ºF (170ºC),
- Siapkan loyang loaf, alasi dengan kertas roti dan olesan tipis margarin
- Campur semua bahan kering (tepung gandum, chocolate bubuk, kayu manis, baking powder, baking soda, garam) campur rata, saring, sisihkan.
- Dalam satu wadah, campur bahan basah (pisang, peanut butter, buttermilk, telur, vanilla, madu) aduk dengan menggunakan whisked hingga rata.
- Tambahkan bahan kering ke bahan basah secara bertahap, aduk rata sebelum menambahkan sisanya, usahakan jangan over mix. Adonan akan cukup kental, tapi jangan khawatir.
- Terakhir, dengan menggunakan spatula, masukkan chocolate chips, aduk rata.
- Tuang adonan ke dalam loyang roti berukuran 4,4x10 inci (11x25 cm). Hiasi bagian atas dengan selai kacang, buat garis atau lingkaran sesuka Anda.
- Panggang dalam oven dengan api atas dan bawah, selama 70 menit atau sesuai oven yang dimiliki. Tes tusuk pada menit ke-50 untuk menghindari over baking.
- Keluarkan dari loyang dan biarkan hingga benar-benar dingin sebelum dipotong.
Jika sesuai instruksi, Bea dan Marco mencantumkan nilai nutrisi Healthy Chocolate Peanut Butter Banana Bread sebagai berikut:
Porsi: 1 potong
Kalori: 237kkal, Karbohidrat: 29g, Protein: 8,1g, Lemak: 9,4g, Natrium: 137,5mg, Kalium: 79,6mg, Serat: 3,9g, Gula: 13,7g
Baca juga:
Resep Chocolate Banana Cake yang Creamy dan Tips Anti Gagal
Roti Gambang, Kudapan Jadul yang Enaknya Kebangetan!
Betul kak, aroma cake yang dipanggang itu wanginya bisa serumah-rumah bikin menggugah selera dan hasilnya lebih cantik menurut aku. Kalau sistem kukus proses pembuatannya bagi aku malah lebih susah karena klo kena air dari uap suka gak ngembang
ReplyDeleteNikmat banget menggunakan tepung gandum untuk membuat Chocolate Peanut Butter Banana Bread. Rasanya aku kemarin berhasil bikin brownies, jadi bangkit kembali semangat buat baking. Apalagi sedang punya tepung mocaf.
ReplyDeletePenasaran kalau membuatnya dari tepung mocaf yang banyak kebaikannya seperti sumber energi yang baik, bantu menjaga dan meningkatkan sistem imunitas tubuh, memperlancar pencernaan, mempercepat regenerasi sel, dan mencegah penuaan dini.
Keren banget yaah..
Umbi Ganyomg, kayaknya aku pernah nemuin tanaman ini deh. Tapi umbinya nggak dibikin tepunh. Tapi di rebus dan langsung di makan gitu. Hehe.. Eh Btw, chocolate peanutnya menggoda banget mba.. Bikin ngilerrr
ReplyDeleteDaku baru dengar tepung ganyong, sepertinya kudu mantengin update tulisan Ambu nih di blog ini, biar tambah wawasan soal kuliner khususnya bahan-bahannya
ReplyDeleteIbu-ibu zaman dahulu menganggap nasi pisang itu membuat bayi anteng, karena kenyangnya lama Jadi si ibu bisa melakukan banyak pekerjaan rumah. Hehehe. Kebetulan saya kaum jadoel jadi akrab dengan pendapat seperti itu, meski tidak melakukannya.
ReplyDeleteRotinya ini, meski saya sulit bayangin kelezatannya - karena belum pernah merasakan paduan coklat dan kayumanis - ....saya yakin banget pasti istimewa dan ngangenin.
Saya baru lihat lagi gambar ganyong (ganyol dulu kami menyebut nya) dulu kami makan itu setiap hari. Seperti singkong atau ubi gitu. Tapi banyak orang yg bilang itu makanan orang miskin. Kami jadi minder. Hahaha ... Tapi gimana lagi, ya gaanyol itu yg kami punya di kebun. Eh sekarang kalau diolah ganyol ternyata berkualitas ya
ReplyDeleteLangsung kebayang menikmatinya apalai dengan sensasi krispi di luar tapi kembut di dalam, memberikan sensasi tersendiri dan pasyinya pengen nambah lagi dan lagi. Pas juga ada isang dna pengen bikin olahan pisang bareng istri. Mau cobain bikin pake resep ini. Makasih mbak
ReplyDeletewahh bisa jadi kudapan buat tamu sama anak-anak di rumah ya... ambu rajin banget sih sambil masak terus berbagi resep masakannya pula.
ReplyDeleteMbaaa, tanggung jawab! sepanjang saya baca artikel ini gak berhenti saya telan air liur, huhuhu. Dari penampakannya udah bisa ditebak camilannya lezat, cocok banget dinikmati dengan secangkir teh hangat sembari nonton drama, duh (telan liur lagi)
ReplyDeleteItulah kenapa aku kepengen beli oven lagi karena kalau bikin bolu kukus aromanya kurang nendang, sementara ini pakenya double pan, setengah kukus panggang jadinya hehe. Btw, kegiatan mengolah bahan pangan mengingatkan diriku waktu PKL dulu, orang desa kita ajak bikin kreasi makanan dari umbi-umbian
ReplyDeleteWah jadi pengen bikin Chocolate Peanut Butter Banana Bread dengan Resep ini yangbterkihat begitu menggoda. Jadi sajian yang tepat buat sore-sore nge teh bareng keluarga
ReplyDeleteAsyiiik, dpt referensi baru nih buat ngemil sekeluarga, apalagi dengan tepung sehat asli Indonesia yaa Kak.
ReplyDeleteBanana bread gak pernah gagal di lidahku ambu. Dari aromanya aja udah beda, udah langsung suka. Apalagi kalau misalnya ke toko roti di Bekasi tuh, ada favoritku, itu kitchennya di sana, bisa beli yang langsung fresh from the oven. Duuuuuh lezat nian.
ReplyDeleteAnakku juga alergi gluten ambu dan aku dong baru tahu tentang tepung ganyol. Hehehe. Aku belum pernah coba sih, jadi penasaran. Senangnya tinggal di Indonesia, banyak pangan alternatif. Harusnya negara ini jauh dari ancaman kelaparan.
Banyak ya tepung lokal yang bisa digunakan untuk aneka masakan. Tinggal kitanya mau kreatif atau gak, mau coba atau tdk
ReplyDelete