Ke Waduk Cengklik, Menikmati Indahnya Sunset Sambil Menyantap Soto Seger

  
nyiomas.my.id

Ke Waduk Cengklik, Menikmati Indahnya Sunset Sambil Menyantap Soto Seger

“Kita ke Waduk Cengklik yuk, Mah,” kata anak saya dan istrinya. Hayukkk…, pastinya gak nolak. Walaupun saya gak begitu penasaran dengan bendungan yang dibangun sekitar tahun 1926-1928, atau dibangun sebelum kemerdekaan RI. Saya bayangkan Waduk Cengklik hanyalah infrastruktur kuno yang enggak megah dan belum multi manfaat seperti Bendungan Jatiluhur, Cirata serta bendungan lainnya yang dibangun pasca kemerdekaan.

“Kita lihat sunset mah,” kata Eca, istri anak saya. Wah kalau sunset mah, semangat banget. Sunset selalu menjadi pengalaman tak terlupakan, di mana pun lokasinya.

Dan jadilah kami berangkat. Setelah melalui jalan-jalan sempit yang bikin repot bus pariwisata, kendaraan roda 4 yang kami tumpangi memasuki jalan yang lebih sempit lagi.

“Lha, sempit gini, gimana bus pariwisata bisa masuk?”

“Gak boleh mah, bus ya cuma sampai jalan tadi. Yang lewat jalan sini kebanyakan sepeda motor,” jawab anak saya.

Baca juga:
Resep Tahu Sumedang Isi Sayuran dan Sejarah Tahu Sumedang

Pilih Kuliner Serabi Bandung atau Serabi Solo?

Daftar Isi:

  • Beda Waduk Cengklik dan Waduk Cengklik Park
  • Sejarah Waduk Cengklik
  • Basecamp Walidi, Menikmati Lezatnya Soto Seger dan Rolade Sayur

Kemudian anak saya menjelaskan, kapasitas jalan yang tidak memungkinkan, sementara jarak Waduk Cengklik cukup jauh untuk ditempuh jalan kaki, destinasi penumpang bus tujuan Waduk Cengklik biasanya ke Waduk Cengklik Park yang berada di seberangnya.

Antara Waduk Cengklik Park (WCP)  dan Waduk Cengklik dipisahkan jalan umum. Jadi alih-alih pemandangan alam, pengunjung WCP disuguhi  beragam wahana seperti  waterboom, bioskop VR, monorail, bom bom car, rumah terbalik, labirin kaca , komidi putar dan masih banyak lagi.

Tiket masuk WCP Rp 20.000/orang pada hari biasa dan Rp25.000 per orang saat akhir pekan. Sedangkan pengunjung Waduk Cengklik tidak diharuskan membayar tiket alias gratis.

Target pengunjungnya berbeda ya? WCP untuk pengunjung yang kekinian dan ketawa-ketiwi, sedangkan Waduk Cengklik untuk mereka yang menyukai keindahan pemandangan alam, dan mungkin juga bermellow ria. 😃😃

Untuk meningkatkan pariwisata, pemerintah daerah setempat memfasilitasi kebutuhan tersebut. Kawasan bendungan dan tanggul di sisi timur Waduk Cengklik ditutup permanen, agar pengunjung terkonsentrasi di area IKM.

Hal ini terlihat dari banyaknya café and eatery di sepanjang jalan yang kami lalui. Nampak beragam. Setiap tempat memiliki keunggulannya sendiri. Seperti yang kami tuju kali ini: Basecamp Walidi!

 

nyiomas.my.id

Sejarah Waduk Cengklik

Jujurly saya baru tau keberadaan Waduk Cengklik setelah melewatinya dan diberitahu anak saya. (Rasanya gak masuk pelajaran SD deh. 😀😀)

Dan jujurly pula, saya kok curiga Belanda sebaik hati itu. Tahun 1926-1928 kan Indonesia masih dijajah Belanda. Mereka gak mungkin membangun infrastuktur secara cuma-cuma, alias pasti ada maunya. 

Ternyata benar. Waduk Cengklik merupakan kerjasama  Pura Mangkunegaran dan pemerintah kolonial Belanda yang membangun bendungan dari aliran sungai yang datang dari arah Sambi dan sekitarnya. Tujuannya untuk memasok air guna mengairi sawah dan perkebunan milik Pura Mangkunegaran.          

  

nyiomas.my.id
bersama pangais bungsu (kakaknya anak bungsu/ragil)
   

Sejak zaman dulu,  Adipati Mangkunegaran memang terkenal kemahirannya dalam berbisnis, mulai dari membangun property untuk disewakan, memiliki usaha perkebunan gula dan pabriknya (Pabrik Gula (PG) Colomadu telah diserahkan ke pemerintah), atau dengan kata lain Mangkunegaran ini konglomerat zaman baheula.

Dalam berbisnis tentunya dibutuhkan kelihaian bernegosiasi yang saling menguntungkan. Gak heran hadir waduk yang  terletak di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah ini.

Penamaan Cengklik diambil dari nama dukuh (Dukuh Cengklik) yang dialih fungsi menjadi waduk. Menurut sumber, pada tahun 1970  waduk yang memiliki luas sekita 250 hektar ini mampu menampung air sebanyak 17,5 juta meter kubik.

Seiring waktu, kapasitas air Waduk Cengklik menurun menjadi 12,5 juta meter kubik pada 1998, semakin berkurang hingga tidak mencukupi untuk irigasi ribuan hektar sawah petani di tiga Kecamatan, yaitu Sambi, Ngemplak, dan Nogosari. Termasuk lahan tebu milik penduduk yang menyuplai tebu ke PG Colomadu.

Apa sebab?

Infrastruktur, apa pun bentuknya, butuh pemeliharaan. Akibat tidak dirawat, Waduk Cengklik mengalami kerusakan dengan tingginya sedimentasi dan pendangkalan, salah satunya akibat pertumbuhan enceng gondok yang tidak terkendali.

Gak heran muncul “pulau-pulau” kecil yang digunakan penduduk setempat untuk bercocok tanam. Selain itu juga nampak keramba ikan serta perahu tempel untuk para wisatawan.

Yang bikin heran, di sini para pemancing menggunakan lumut sebagai umpan. Sesudah gugling, saya baru tahu bahwa lumut tersebut dicampur bahan lain seperti pewangi vanilla, penyedap masakan (contohnya Masako, Royco), daun kelapa hingga air kelapa murni.

Penyebabnya mungkin karena cacing yang selama ini kita kenal sebagai umpan, makin susah didapat. Atau mungkin juga umur cacing lebih pendek dibanding lumut dan bahan pabrikan, sehingga tidak menguntungkan pedagang penyedia umpan memancing.

  

nyiomas.my.id
soto seger Basecamp Walidi

Basecamp Walidi, Menikmati Lezatnya Soto Seger dan Rolade Sayur

“Apa itu?” tanya saya sewaktu melihat bangunan memanjang berwarna coklat dan mobil mulai memasuki jalan yang jauh lebih sempit dan curam.

“Kita mau ke situ mah,” jawab Eca.

Bangunan coklat tersebut ternyata bernama Basecamp Walidi. Sebuah bangunan sederhana yang jauh dari mewah dan tidak instagramable. 

Namun menyediakan  tempat parkirnya luas, area kendaraan roda empat di bagian atas, sedangkan area bawah untuk sepeda motor. Kawasan IKM di sini ditrap-trap mirip terasering, selain Basecamp Walidi nampak café lainnya.

Bangunan Basecamp Walidi  ternyata sederhana luar dalam. Mungkin pemiliknya mengutamakan kenyamanan pengunjung yang ingin menikmati keindahan Waduk Cengklik tanpa terdistract play ground untuk anak-anak seperti tempat makan lainnya.

Konon usia Basecamp Walidi ini sudah belasan tahun. Diawali warung kecil sederhana di pinggir Waduk Cengklik, kini dipenuhi pengunjung yang mendengar promosi dari mulut ke mulut.

Kebanyakan anak muda yang datang sih. Mereka memilih datang ke sini karena gak perlu merogoh kantong dalam-dalam. Bisa kok cuma membeli minuman yang dibandrol sekitar Rp. 3000 - Rp. 5000an. Bahkan andai membawa makanan dari luar pun gak masalah.

  

nyiomas.my.id
nasi pecel telur Basecamp Walidi

Walau kalau disuruh memilih, saya lebih suka membeli makanan di sini, baik makanan utama maupun camilan karena harganya murah meriah. Seperti nasi pecel telur dadar yang hanya Rp 8.000, nasi rica Rp 8.000, nasi soto Rp 4.000, serta berbagai macam gorengan (pisang goreng, bayam goreng, rolade, tempe goreng, ati goreng, tahu goreng, telur asin, dan masih banyak lagi).

nyiomas.my.id
aneka camilan dan lauk pauk Basecamp Walidi

Berbagai macam makanan tadi tersaji di atas meja di bagian kiri dari sebuah ruangan luas yang sederhana.  Sedangkan untuk pesanan makanan terletak di sebelahnya, termasuk kasir yang akan menghitung jumlah pesanan dan gorengan yang kita ambil.

Anak saya hanya membayar Rp 39.000 untuk 2 nasi soto, 1 nasi pecel telur, 2 teh panas, 1 es leci dan beberapa camilan, murah banget ya?

Selesai memesan makanan, kami menaiki tangga menuju ke atas. Ada 2 lantai di atas ruangan tempat memesan makanan tadi. Kami menuju lantai teratas.

Selain jejeran meja dan kursi yang diletakkan melingkari bangunan, khususnya di bagian yang menghadap ke Waduk Cengklik, pengunjung juga bisa menempati meja-meja dengan 4 kursi atau 2 kursi.

Sama seperti bangunan dan ruang bawah, ruang atas ini termasuk furniture-nya sangat sederhana. Rupanya pemilik Basecamp Walidi gak mau bersusah payah menyediakan hal selain pemandangan Waduk Cengklik.

Seperti yang saya duga, andai ke sini tanpa tujuan melihat sunset atau sunrise, pemandangan Waduk Cengklik enggak banget. Hanya bendungan air dengan sedimentasi di sana-sini, penduduk yang asyik bertani, dan di bagian tertentu nampak perahu bagi pengunjung yang ingin mengelilingi Waduk Cengklik, termasuk mendekati “pulau” yang nun jauh di sana.

nyiomas.my.id
beragam sate Basecamp Walidi

Gak tertarik naik perahu, kami memilih menunggu kemunculan sunset sambil  menikmati lezatnya soto yang seger (karena bumbunya light, gak medok/heavy) dengan suwiran ayam dan sate ati-rempela ayam (dijual terpisah, termasuk camilan) 

Satu porsi nasi soto seharga Rp 4.000 ini cukup untuk saya. Tapi mungkin anak laki-laki/mahasiswa butuh 2 porsi baru bisa kenyang. 

Uniknya, saya baru tahu bahwa yang dinamakan bayam goreng ternyata bakwan/bala-bala dengan sayuran bayam sebagai campurannya. 

nyiomas.my.id
rolade daun singkong

Sedangkan yang dinamakan rolade adalah campuran daun singkong dan tahu berbalut tepung. Eca bilang: “Di sini yang dimaksud rolade ya seperti itu, kalau rolade daging ayam/daging sapi di sini namanya gelatin.”

Oh, lain ladang lain belalang. Berpuluh tahun saya cuma tahu bahwa masakan rolade merupakan gulungan daging sapi/daging ayam dan telur. Daging ini bisa digulung diluar/maupun di dalam, tergantung kepiawaian pembuatnya.

Setelah gugling, saya baru paham bahwa “rolade” merupakan serapan masakan Perancis yang dikenal dengan roulade atau rouler yang berarti menggulung. Jadi suka-suka yang masak, apakah mau menggulung daging dan telur/keju, atau daun singkong, namanya tetap rolade.

Hehehe …pernahkah Anda menyicip rolade daun singkong? Rasanya ternyata lumayan. Menyehatkan pula.

Baca juga:
Belanja Pisang Kepok dan Kulineran di Pasar Gede Solo

Botok Petai Cina, Apa Bedanya dengan Pepes?

 

 
 

8 comments

  1. ikannya manja banget ya mba, umpan pemancing sampe harus dicampur masako hehe

    ReplyDelete
  2. Seru banget baca cerita soal Waduk Cengklik ini! Sunset, soto seger, dan kuliner murah meriah bikin makin penasaran pengen ke sana. Plus, belajar sejarahnya juga seru banget, apalagi soal 'rolade' yang ternyata beda versi. Makasih udah berbagi pengalaman lengkap dan asiknya, kayak ikutan jalan-jalan, Mbak!

    ReplyDelete
  3. Wlaau urusan pemandangan saat matahari terbenam atau tenggelam kurang asik lihat di sana, tetapi kulinernya bisa menjawab rasa, apalagi satenya jadi kepengen bawa pulang hehe. .

    ReplyDelete
  4. jalan-jalan berburu sunset, hingga menemukan waduk cengklik dan jadi tahu sedikit sejarahnya peninggalan jaman belanda. Berujung makan soto seger . Nikmatnya ya ambu. Jalan-jalan bareng anak pula, jadi rindu jalan kaki di sekitaran rumah. Kulineran bareng.hemmmm

    ReplyDelete
  5. kalau sesuatu yang dibangun belanda, pasti ada udang di balik batu, Mbak hahaha. Tapi memang sarana yang dibangun bisa dinikmati dan dimanfaat sampai saat ini.
    Waduk Cengklik ini sebenarnya bisa tetap menarik pengunjung ya, Mbak. apalagi penariknya sudah ada Waduk Cengklik Park. Kalau dekat rumah saya di Gombong sekat Waduk Sempor. bisa menikmati pemandangan, olahraga, naik perahu, termausk menikmati tempe mendoan hehehe

    ReplyDelete
  6. Piknik anak tahun lalu harusnya ke Waduk Cengklik. Tiba-tiba diubah, mungkin karena bis tak bisa masuk, ya.
    Kalau bicara penjajahan, saya punya sedikit batasan yang tak biasa. Mulai dari VOC sampai Tanam Paksa adalah penjajahan sedangkan mulai Politik Etis adalah perndudukan. Jadi ya memang membangun infrastruktur di sana-sini.
    Btw, saya kebetulan sedang lupa nama lain dari rolade daun singkong itu. Ada nama jawanya kok. Dan ini salah satu gorengan yang saya cari kalau ke Semarang.

    ReplyDelete
  7. Usia Waduk Cengklik ini tua juga yaa..
    Dan kebermanfaatannya memanjang hingga kini.
    Aku dari dulu juga yakin, Ambu.. semua itu bisnis. Hanya saja, peninggalan Belanda di Indonesia ini tujuannya jelas turut membangun negeri.
    Hingga kini, banyak sekali peninggalan Belanda yang tetap bisa dimanfaatkan dengan baik.

    ReplyDelete
  8. aih, enak banget ini ngebayanginnya ambu.. liat sunset sambil makan soto seger bareng pasangan, hmm.. waduk cengklik bisa jadi tempat wisata yang menyenangkan ya..

    ReplyDelete