bola kaspo (kiri), timus (kanan)
Berburu Oleh-oleh di Jawa Timur, Ketemu Pentol nan Lezat
“Pengen nyari madu mongso, Mah,” kata anak saya ketika kendaraan berputar-putar menuju destinasi oleh-oleh yang ditunjukkan Google Maps.
Madu Mongso? Auto mengernyit dong dahi ini. Lha gak terduga anak saya suka camilan berwarna hitam jelek, lengket dan dibungkus kertas (bisa kertas jagung atau kertas minyak) berwarna-warni agar tampil memikat.
Tapiiiii…., bentuk dan warna boleh jelek, mereka yang pertama kali mencoba madu mongso akan kaget dengan rasanya yang nagih!
Hehehe iya nagih. Berbeda dengan wajit, dodol serta camilan oleh-oleh lain yang didominasi rasa manis, madu mongso punya rasa manis, legit dan gurih.
Bulik (ibu cilik) atau tepatnya adiknya ibu mertua saya yang pertama kali mengenalkan madu mongso. Beliau membuat sendiri madu mongso. Dimulai dengan membuat tape ketan hitam untuk sajian Lebaran.
Ketika sajian ketan hitam bersisa, atau malah menyengaja bikin banyak agar sisanya bisa diolah menjadi madu mongso. Bulik akan memasak sisa tape ketan bersama dengan santan kental, gula pasir (bisa gula merah, atau campuran gula merah dan gula pasir) di atas wajan dengan api kecil.
Sesudah adonan madu mongso mengental dan bisa dipulung, apinya dimatikan. Setelah dingin, adonan madu mongso dibungkus serupa permen dengan plastik, baru kemudian dikemas dalam kertas warna warni.
Baca juga:
Belanja Pisang Kepok dan Kulineran di Pasar Gede Solo
Asyiknya Ngabakso di Bakso Djando Guntursari Bandung
Daftar Isi:
- Berburu oleh-oleh Jawa Timur
- Belok Dulu Jajan Pentol di Madiun
- Madu Mongso, Ledre, hingga Baju di Pusat Oleh-oleh Putra Nirwana
- Wajib Beli: Ledre, Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Jawa Timur.
Ya ampun baru ngobrolin madu mongso, salah satu oleh-oleh khas Jawa Timur, udah seheboh dan sepanjang ini ya?
Padahal cuma mau bilang, kok “madu mongso bisa jadi oleh-oleh?” Kan ada kandungan santan, apa gak tengik? Beda halnya dengan dodol, wajit dan semacamnya yang hanya menggunakan gula sebagai rasa sekaligus pengawet alami.
Karena itu saya ikut antusias ketika dalam perjalanan Surabaya – Surakarta ini, anak saya dan istrinya sibuk mencari pusat oleh-oleh. Banyak sih, namun jadi sulit karena ingin lewat jalan tol, agar gak kemalaman sampai Surakarta.
Sampai…, kami mampir di Madiun!
pentol |
Belok Dulu Jajan Pentol di Madiun
“Kita jajan pentol dulu, mah, “ kata Eca, menantu saya, ketika kendaraan berbelok ke area dekat suatu SPBU di Kota Madiun. “Pentol di Jawa Timur beda mah, ada dagingnya. Di tempat lain kan cuma aci, “lanjut Eca menjelaskan keseruan jajan pentol yang sayang jika dilewatkan.
Sebagai urang Bandung, saya lebih akrab dengan cilok, cimol dan cilor, dibanding pentol yang kayanya cuma saya temui di media sosial deh. Berbeda dengan kedua anak saya yang berkelana (kuliah) di Semarang, bekerja di Surabaya dan sekarang di Surakarta, sehingga perbendaharaan kulinernya lebih lengkap.
Cara jajan mereka juga lebih asyik, maklum nyaris masuk generasi Z. Setiap tempat sah aja untuk kulineran, termasuk kursi meja yang disediakan Indomaret dan memesan pentol pada seorang penjual yang mangkal disebelahnya.
Dikemas dalam plastik (tentu saja, ini kan jajanan PKL) kemudian diberi bumbu sesuai selera (pedas atau tidak pedas). Bagaimana rasanya?
Yummy! Menurut saya sih di Jawa Barat, pentol ini bisa dinamakan bakso. Di tanah Pasundan kan banyak bakso yang hanya berbahan tepung aci dan diberi bumbu perasa.
Konsumen di Jawa Barat juga acap menikmati bakso dengan tusukan sate dan diberi bumbu serta kecap, mirip pentol di Jawa Timur yang dikemas dalam plastik dengan bumbu kacang yang rasanya pedas manis.
Hehehe tentu saja ini sekadar pengamatan pribadi.
Madu Mongso, Ledre, hingga Baju di Pusat Oleh-oleh Putra Nirwana
Akhirnya kendaraan masuk ke area parkir yang luas di depan bangunan bertuliskan Pusat Oleh-oleh Putra Nirwana di Magetan, kabupaten yang mendapat julukan Kota Kaki Gunung.
Di luar, sebelum menuju pintu masuk, nampak meja dengan beberapa tampah berukuran besar berisi camilan curah yang rupanya dimasak di tempat, atau dalam keadaan fresh. Pembeli yang tertarik bisa memesan:
Timus Nirwana, camilan ini mirip obi di Jawa Barat, yaitu ubi ungu manis yang dikukus, kemudian dibentuk bulat sebelum akhirnya digoreng.
Bola Kaspo Nirwana, di Jawa Barat panganan ini bernama misro, atau amis dijero. Terbuat dari singkong kukus yang ditumbuk dan diberi isian gula merah di dalamnya.
Getuk goreng, camilan terkenal dari Banyumas yang terbuat dari singkong kukus tumbuk, dicampur gula merah, kemudian digoreng.
Pia , mirip bakpia oleh-oleh terkenal Kota Yogyakarta. Bedanya di sini dibuat unik karena mendapat isian telo ungu dan ubi madu.
Setelah masuk bangunan Pusat Oleh-oleh Putra Nirwana, di bagian kanan terlihat rak-rak penuh camilan yang telah dikemas, seperti pia, madu mongso, mochi, ledre dan masih banyak lagi, termasuk camilan kekinian yang didiskon dari Rp 15.000 menjadi Rp 10.000 saja.
Tempat kasir terletak di area kiri, arah menuju keluar bangunan. Di depan kasir nampak rak-rak baju dan boneka, untuk mereka yang ingin membeli oleh-oleh selain camilan. Mungkin itu pula sebabnya rata-rata pakaian yang dipajang didominasi motif batik.
madu mongso yang "jelek" tapi nagih 😋😋
Anak saya langsung menuju rak madu mongso dan mengambil 2 kotak, sedangkan saya lebih banyak termangu (tepatnya “kebanyakan mikir” 😀😀 ) karena yang tersaji kebanyakan oleh-oleh kekinian.
Seperti mochi aneka rasa dan mochi coklat. Ini kan mirip mochinya chef Devina Hermawan dan Luvita Ho. Karena oleh-oleh mochi yang rasanya jadul hanya dari Kota Sukabumi.
Demikian pula pia yang mendapat tambahan nama menjadi “pia crispy”. Lha semua pia itu crispy, karena merupakan panganan akulturasi China yang aslinya terbuat dari tepung terigu dan minyak babi. Dibuat berlapis-lapis hingga teksturnya crispy.
Saya baru tergerak setelah melihat ledre pisang. Panganan mirip semprong atau egg roll di negara aslinya, Amerika Serikat, dan merupakan varian dari spring rollnya China.
Akhirnya jadilah, anak saya membayar untuk 1 kotak ledre pisang , 2 kotak madu mongso, 1 kotak berisi timus dan 5 bola kaspo, serta 1 kotak kemasan bambu berisi getuk goreng.
Menurut saya sih rata-rata camilan di sini over priced, walau saya paham pusat oleh-oleh seperti ini menanggung risiko gak laku serta beban biaya lain yang membuat harga yang tertera 2 kali lipat dari harga jual produsen.
Kebetulan saja saya tahu rahasia dapur mereka. Saya pernah membeli bakpia di kawasan Bakpia Pathok Yogyakarta, eh bulik saya menunjukkan pabriknya yang mematok harga setengah dari yang saya bayar. 😊😊
Wajib Beli: Ledre, Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Jawa Timur
Mungkin saya pernah membeli atau menyicip rasa ledre. Tapi saya lupa. Sehingga saya antusias membeli (eh lupa, tepatnya memilih, karena yang bayar anak saya).😊😊
Setelah gugling, keantusiasan bertambah. Ledre ternyata jajanan khas Bojonegoro, Jawa Timur yang telah ditetapkan Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan pada 2021, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Penemunya adalah Mak Min Tjie, perempuan keturunan Tionghoa yang pada sekitar tahun 1943 mengolah ledre dari campuran gaplek dan tepung beras yang telah diencerkan.
Kemungkinan cara pembuatannya yang diedre-edre (diorak-arik) hingga tipis yang membuat panganan ini dinamakan “ledre”.
Berbeda dengan semprong atau egg roll yang menggunakan cetakan khusus (banyak dijual di market place), ledre dicetak di sebagian sisi wajan biasa, dengan menekan-nekan adonan agar tipis, kemudian ditambahkan pisang yang dicincang dan dipipihkan. Setelah matang, adonan digulung.
Tentu saja butuh keahlian khusus yang diperoleh dari perjalanan panjang, mencoba kemudian dengan ulet melatihnya. Mengingatkan saya pada beberapa daerah yang mencoba menciptakan produk oleh-oleh dalam rangka One Village One Product (OVOP).
Jadi jika Anda seorang Mom Blogger yang sedang Mengusir Kebosanan, boleh banget memulainya. Seperti beberapa waktu lalu, ketika saya mengelola komunitas di daerah Cilegon – Banten.
Di kawasan yang kerap terendam air pasang ini, rupanya tanaman kacang tanah tumbuh dengan subur. Selama ini mereka hanya menjual kacang tanah mentah. Andai diolah menjadi camilan yang berpotensi sebagai oleh-oleh, tentunya bakal meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.
Baca juga:
Ke Waduk Cengklik, Menikmati Indahnya Sunset Sambil Menyantap Soto Seger
Waduh kali ini banyak banget ketemu kuliner yang sempat saya cicipi sewaktu saya sering melancong ke Jawa Tengah dan Timur nih
ReplyDeleteLedre mengingat saya ke seorang teman yg sudah tiada. Ia seorang penulis juga. Kami sempat menulis antologi judulnya cinta dalam sepotong ledre
Hehehe...
Memang pentol itu sebutan untuk bakso di jatim. Madu mongso juga biasanya awet kok. Biasa buat hajatan makanya tampilannya cantik. Jadi cocok sebagai oleh-oleh juga
ReplyDeleteKalo saya sampe di Putra Nirwana ini, saya pasti kalap habis dah hahahaha. Segalanya pengen tak coba. Secara ya Mbak, akutu selalu penasaran dengan kudapan daerah yang sangat beragam meski sebenarnya ada mirip-miripnya dengan apa yang ada di daerah lain. Tapi tetap aja pengen nyobain.
ReplyDeleteDuh aku kangen deh sama pentol Jawa Timuran tuh. Inget dulu waktu masih sekolah di Malang, selain cwiemie, pentol tuh jadi jajanan favoritku. Seng ada lawan lah rasanya. Bikin nagih. Sama seperti yang di Bandung, kadang dimakan berkuah kadang pake bumbu kacang. Alamak jadi ngiler betols.
Ambu...ini kesukaan saya semua. Saya asli Kediri, suami orang Madiun. Jadi kalau mudik pasti deretan makanan yang disebutkan di artikel ini masuk list wajib dinikmati atau dibawa buat oleh-oleh.
ReplyDeleteSoal pentol memang di Jatim beda...saya suka juga beli di plastik dan dicemilin
Kalau ledre saya malah baru tahu kalau sudah masuk WBTB pada 2021. Wah...mantap memang ledre!
Cerita berburu oleh-oleh di Jawa Timur ini seru banget, Ambu! Pentol Madiun sampai madu mongso yang ‘jelek tapi nagih’ bikin penasaran banget pengen coba juga. Hahaha. Gaya penulisannya asyik, jadi terasa ikut perjalanan kuliner keluarga. Tetap semangat berbagi cerita menarik Ambu.
ReplyDeleteMadu Mongso yang katanya unik banget itu bikin penasaran, ya? Bentuknya yang sederhana tapi rasanya bisa nagih, ternyata punya banyak cerita menarik di balik proses pembuatannya
ReplyDelete