Keberlanjutan, Kunci Sukses Berkebun Vania Febriyantie

    
maria-g-soemitro.com

Keberlanjutan, Kunci Sukses Berkebun Vania Febriyantie


Pastinya tahu tentang Michelle Obama dong, ya? Dia adalah istri Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama. Namun mungkin banyak yang belum tahu keberhasilan Michelle menyulap pekarangan Gedung Putih menjadi kebun sayur.

Yup kebun sayur, atau bahasa kerennya: Urban farming. Tujuan Michelle berkebun, selain mengajarkan pola hidup sehat, juga untuk mengedukasi anak-anak Amerika Serikat tentang proses hadirnya buah-buahan dan sayuran yang mereka santap.

Agar mereka paham bahwa buah-buahan dan sayuran yang mereka konsumsi bukan berasal dari supermarket. Ada proses panjang yang harus dilalui, mulai dari menanam benih, menyiram, mengusahakan supaya tumbuhan cukup mendapat sinar matahari, kemudian menyiangi, yang terakhir barulah memanennya

Baca juga:
Sekam Padi untuk Bahan Bakar Boiler Biomassa, Demi Kesehatan Bumi dan Manusia
Kalpataru, Jejak Kang Deden Pulihkan Ekosistem Karst Citatah

Daftar Isi:

  • Urban Farming yang Marak di Seantero Bumi
  • Indonesia Berkebun, Riwayatmu Dulu
  • Keberlanjutan, Kunci Sukses Berkebun Vania Febriyantie


“Back To Nature” dengan melakukan urban farming, sebetulnya bukan hal baru. Pelaku urban farming dengan mudah ditemukan di seluruh penjuru bumi. Mereka tinggal di perkotaan dan berkreasi agar lahan di sekitar mereka bisa dialih fungsikan menjadi lahan pertanian. 

Salah satunya Kang Emil, panggilan Ridwan Kamil. Sebelum terjun ke gelanggang pemilihan walikota Bandung, Kang Emil menginisiasi Indonesia Berkebun. 

Sesuai kebiasaannya yang sering “cek ombak” di media sosial, pada tahun 2010 Kang Emil melempar ide pada followers Twitter-nya, kala itu “baru” 19.600-an (sekarang 5,5 juta pengikut). Ternyata gayung bersambut, tak lama kemudian terbentuklah Jakarta Berkebun, kota pertama yang menyelenggarakan Indonesia Berkebun.

Setelah Jakarta Berkebun, puluhan kota dan puluhan komunitas pun berafiliasi ke Indonesia Berkebun. Atas keberhasilan Kang Emil menggunakan internet sebagai gerakan perubahan dan akselerasi perubahan, ayahanda Camillia Laetitia Azzahra ini mendapat penghargaan “Google Web Heroes” 

 

maria-g-soemitro.com
Camillia Laetitia Azzahra kecil berkaus biru (sumber: Ridwan Kamil)

Indonesia Berkebun, Riwayatmu Dulu

Indonesia Berkebun menjadi bukti betapa budaya guyub dan gotong royong menjadi darah yang mengalir di urat nadi masyarakat Indonesia. Terbukti saat program ini dicetuskan, banyak yang berlomba-lomba mengambil peran. Ada yang meminjamkan lahan, ada yang menyumbang benih sayuran, ada yang berbagi ilmu, serta pastinya ikut berpatisipasi sebagai pengurus dan ikut belajar berkebun.

Indonesia Berkebun yang digagas Kang Emil selain bertujuan mengobati “urban stress”, juga mempunyai manfaat 3 E, yaitu:

Edukasi

Apakah klaim lagu “Kolam Susu” dengan lirik  “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” benar adanya? Kebenarannya dibuktikan peserta Indonesia Berkebun.

Mereka berpanas terik mengolah tanah dan menanam benih. Minggu berikutnya turut menyiram tanaman dan menyiangi gulma. Berlanjut terus sampai panen tiba.

Ekologi

Lahan tidur cenderung menjadi tanah yang sakit karena biasanya digunakan untuk membuang brangkal, sampah serta buangan lainnya. Dengan mengolahnya menjadi lahan pertanian, tanah akan kembali sehat yang ditandai kedatangan kupu-kupu, belalang serta serangga lainnya.

Ekonomi

Manfaat ekonomi tidak begitu terasa, tapi ada. Anggota berkebun biasanya mengonsumsi hasil panen, tidak menjualnya. Sehingga mereka bisa menghemat “uang sayur”. Keuntungan lainnya, hasil panen pastinya lebih segar dan bebas pestisida.

Kang Emil menjadi contoh segelintir individu yang mampu merealisasikan gagasan/ide. Karena dari ratusan juta penduduk Indonesia, muncul ide yang hanya berakhir di angan, tanpa aksi nyata. 

Dari segelintir individu yang merealisasikan ide, bisa dihitung yang berkelanjutan. Selebihnya lenyap, hanya dikenang sebagai catatan sejarah. Salah satunya Gerakan Indonesia Berkebun. 

Setelah menjabat sebagai walikota Bandung, Kang Emil memasukkan urban farming sebagai salah satu program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Sehingga berjarak dengan aktivitas publik, dan lenyaplah Indonesia Berkebun.

Langkah Kang Emil bisa dipahami. Karena bersifat sukarela, tak ada uang masuk untuk membiayai Indonesia Berkebun, sementara apa pun aktivitasnya pasti membutuhkan biaya operasional. 

Agar bisa berkelanjutan, ada 2 solusi yang bisa dipilih, yaitu membentuk organisasi nir laba yang menampung sumbangan untuk memenuhi biaya operasional. Atau menjadikan Indonesia Berkebun sebagai social entrepreneurship

Social entrepreneurship adalah individu/komunitas yang menggunakan prinsip kewirausahaan, pemikiran inovatif dan kecerdasan bisnis untuk menciptakan dampak sosial atau lingkungan yang positif dan berkelanjutan.
 
maria-g-soemitro.com


Keberlanjutan, Kunci Sukses Vania Febriyantie Ber-Urban Farming

Berbeda dengan pendahulunya, sejak awal Vania Febriyantie sudah mencari cara agar ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional. Karena itu dia menerjemahkan prinsip community social entrepreneurship menjadi Community Supported Agriculture (CSA).

Dengan CSA, Vania menawarkan pada anggotanya biaya berlangganan pada awal musim tanam. Biaya tersebut digunakan untuk aktivitas pertanian yang hasil panennya akan dikirimkan pada konsumen seminggu sekali.

Siapa Vania Febriyantie?

Perempuan cantik kelahiran Lhokseumawe ini merupakan alumni jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Sebelum menginisiasi aktivitas berkebun  “Seni Tani”, Vania telah menjadi koordinator program Komunitas 1.000 Kebun, sejak  2017 hingga 2022. Tugasnya merancang program jangka pendek hingga jangka panjang.

Walaupun bernama Komunitas 1000 Kebun, komunitas ini tidak mempunyai kebun sendiri. Komunitas 1.000 Kebun merupakan wadah pegiat urban farming yang telah memiliki lahan sendiri.

Pandemi Covid 19 menjadi titik awal. Waktu itu Vania melihat banyak lahan tidur di sekitar rumahnya, di kawasan Cisaranten Endah Bandung. Berbekal pengalamannya di Komunitas 1.000 Kebun serta organisasi lainnya di bidang pertanian, Vania mengajak teman-temannya mengelola lahan tersebut, dan membentuk Kebun Seni Tani pada 2020.

Tentu saja tidak mudah. Walau Vania dan kawan-kawan minta izin menggarap lahan tidur di daerah Menara saluran udara tegangan tinggi (SUTT) yang penuh dengan sampah. pemerintah Kota Bandung tidak serta merta memberi izin. Adu debat tak terelakkan.

Padahal dulu, saat Kang Emil belum menjabat Walikota Bandung, pemerintah Kota Bandung dengan mudah memberi izin pada aktivitas Indonesia Berkebun lho.

Namun mungkin, ujian ini harus dilewati Vania dan kawan-kawan. Agar mereka sukses dan tangguh mengatasi berbagai rintangan. Terbukti akhirnya banyak uluran tangan, termasuk PFMuda (salah satu program Pertamina Foundation) yang memberi dukungan sepetak lahan tidur seluas 1000m2 di satu wilayah pemukiman padat penduduk di kota Bandung.

Mendapatkan izin lahan garapan, hanyalah satu diantara begitu banyak kesulitan yang harus dihadapi pelaku urban farming. Problem tersulit lainnya adalah pengadaan air. Untuk lahan berkebun di dekat rumah tinggalnya, Vania harus membuat saluran pipa air dari rumahnya sampai ke petak kebun di tanah kapling kosong. Untuk kemudian diteruskan pada petak kebun lainnya.

Atas semua jerih payahnya, Vania mendapat penghargaan pejuang tanpa pamrih di masa pandemi Covid 19 dalam Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia 2021. Setelah sebelumnya memperoleh penghargaan Women’s Earth Alliance pada 2020. Serta kemudian berhasil menerima Australia Awards 2022.

Namun penghargaan bukan penanda perjuangan Vania telah selesai. Bagi Vania, penghargaan menjadi penambah semangat untuk berjuang. 

Selain lahan garapan, Seni Tani berhasil mengumpulkan sumber daya manusia, yaitu 5 orang anggota inti serta sekitar 90 relawan. Mereka terus memperjuangkan 3 manfaat Seni Tani yang harus berlangsung secara berkelanjutan, yaitu:

Pangan

Tidak hanya pangan yang mudah dijangkau, Seni Tani berhasil menyediakan pangan sehat, karena aktivitas pertanian tidak menggunakan pestisida kimia (pertanian organik). Serta menggunakan media kompos untuk penyubur lahan.

Ekonomi

Vania berkisah tentang Kang Opik yang terlibat dalam aktivitas berkebun sejak Seni Tani berdiri. Awalnya Kang Opik mengalami kesulitan keuangan. Berangkat kuliah harus berjalan kaki. Sekarang, seiring semakin kokohnya manajemen Seni Tani, Kang Opik mampu mengangsur sepeda motor.
Karena ada 2 poin utama keberlangsungan social enterprise: bisnis dan dampak sosial.

Sosial

Selain dampak sosial yang dirasakan oleh mereka yang terlibat langsung dengan Seni Tani, manfaat serupa terjadi dalam bentuk keterlibatan ibu-ibu PKK yang tergugah untuk ber-urban farming juga.

Relasi sosial dalam bentuk kerja sama dan gotong royong pun berlangsung. Menghilangkan sekat individualistis masyarakat perkotaan.

   

maria-g-soemitro.com
sumber: instagram.com/@kamisenitani


Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam salah satu materi kuliahnya pernah mengatakan bahwa “warga Indonesia banyak ide, tapi malas mengimplementasikannya”. Kita harus setuju. Hampir setiap orang mempunyai ide, mewujudkannya itu soal lain.

Michelle Obama dan Kang Emil berhasil mewujudkan idenya karena didukung banyak pihak. Sayang keduanya gagal menjaga agar perwujudan idenya berkelanjutan.

Karena itu, kita harus angkat topi pada Vania Febriyantie, dia tidak hanya berhasil mewujudkan ide, namun juga berhasil mempertahankan keberlanjutan ide, sehingga manfaatnya terus terasa.

Baca juga:
Jelajah Pasar Tanjungsari, Cara Asyik untuk Me Time
Dengan Social Entrepreneur, Taufan Bantu UMKM dari Jerat Rentenir


13 comments

  1. Benar adanya, ada banyak ide yang bagus, didukung banyak pihak, sayangnya tak ada keberlanjutan. Karenanya inspirasi Vania Febriyantie dalam mewujudkan urban farming berkelanjutan sungguh jempolan!

    ReplyDelete
  2. ini nih profil anak muda yg bikin banggaaaa
    karena bisa menjadi role model utk yg lain jugaaa.
    semogaaaa jd amal jariyahnya

    ReplyDelete
  3. Paling suka sama orang2 yang peduli dengan lingkungan. Urban farming juga cocok untuk daerah perkotaan. Sangat inspiratif ya urban farming yang dicontohkan oleh Vania. Sukses selalu dan semoga bisa menginspirasi banyak generasi muda milenial dan gen-Z yang suka berkebun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Urban farming bukan hanya menjadi wujud peduli lingkungan tapi juga bisa menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa menyelamatkan bumi dari hal-hal sesimple ini.
      Dan membuat indah lingkungan juga.

      Delete
  4. Keren nih Vania, berhasil mewujudkan ide dan berhasil mempertahankan keberlanjutan ide, soalnya banyak yang berhasil mewujudkan tapi nggak bertahan lama

    ReplyDelete
  5. Kebun Seni Tani ini deket rumahku banget, Ambu.
    Aku awalnya gak tau kalau diinisiasi oleh sosok muda inspiratif Vania Febriyantie.
    Tapi karena informasi dari artikel Ambu, aku jadi penasaran dan menyadari kalau ini kebun gak asing banget.
    Ternyata ya, memang tempat main aku sama anak-anak kalo lagi iseng. Hihii..

    Tapi ternyata, kini semakin berkembang dan ada dimana-mana.
    Alhamdulillah..
    Bermanfaat ilmunya dan keberkahannya.

    ReplyDelete
  6. Salut deh buat Mbak Vania Febritantie... Pengalaman saya berkebun tanaman hias ... Berkebun itu tidak mudah, butuh ketelatenan, kejelian dan pengalaman. Satu lagi yang harus dimiliki oleh pekebun: jiwa pantang menyerah.
    Masih belia tapi concern banget di dunia perkebunan, itu suatu hal yang patut diacungi 2 jempol. Mengingat berkebun itu melelahkan, ribet dan tidak populer di kalangan anak muda yang tinggal di daerah urban.
    Sekali lagi, salut buat mbak VAnia....

    ReplyDelete
  7. Jika diseriusi urban farming tuh sangat menghasilkan ya Mbak. Telaten, sabar, dan mempelajari dengan rincin tentang jaringan pemasaran, bikin usaha pertanian seperti ini tuh sangat bermanfaat. Profil seperti Vani ini selayaknya bisa jadi inspirasi bagi anak-anak muda agar mau jadi petani. Gak melulu melirik bidang teknologi.

    ReplyDelete
  8. Salut dengan semangat Vania, dan juga kegigihannya dalam berupaya untuk mewujudkan idenya. Hihi... iya sih, orang Indonesia itu emang kebanyakan ide (termasuk saya) tapi untuk mewujudkannya, nanti dulu

    ReplyDelete
  9. lewat organisasi nirlaba bisa untuk menyokong operasional dalam berkebun ya?
    semoga makin banyak gebrakan inspiratif seperti dari Vania ini

    ReplyDelete
  10. Sangat menginspirasi sekali kak Vania dengan Kebun Seni Tani-nya.
    Merealisasikan ide memang perkara yang tak mudah, kak Vania berhasil melakukannya dan mempertahankan serta mengambangkannya hingga memberi banyak manfaat.

    ReplyDelete
  11. vania ini asli super keren ya , sosok yang sangat inspiratif di usianya yang masih sangat muda sudah sangat perduli dengan tanaman dan kebun

    ReplyDelete
  12. Semoga makin banyak sosok inspiratif seperti Vania ini, menjadi wadah para pemula yang ingin berkebun dan bertani makin berkembang. Semua bisa menanam tapi belum tentu bisa jadi ladang usaha yang menjanjikan

    ReplyDelete