Lezatnya Lumpia Semarang dari Mbok Tenong Toko Trubus Yogyakarta

 
nyiomas.my.id

Lezatnya Lumpia Semarang dari Mbok Tenong Toko Trubus Yogyakarta


“Lumpia? Oh ada yang enak, nanti juga lewat,” kata anak kost, ketika saya bertanya tentang lumpia Samijaya, yang terkenal banget di Kota Yogyakarta. Saya penasaran dengan lumpia ini karena anak saya urung membeli, gara-gara harus antri 40 nomor pelanggan.

“Disuruh nunggu sekitar 3 jam, mah,” kata anak saya. Dan untunglah, saya gak harus nunggu selama itu untuk menikmati kelezatan lumpia. Karena seperti yang dikatakan anak kost, ada seorang “mbok tenong” yang setiap hari lewat rumah.

Mbok Tenong adalah sebutan untuk wanita paruh baya penjual makanan tradisional yang menggunakan wadah tradisional bernama tenong atau jongko. Mereka biasanya berkeliling menjajakan dagangannya seperti nasi goreng, bakmi, dan berbagai macam jajanan pasar di tempat-tempat ramai seperti pasar atau perkantoran. Mbok Tenong merupakan salah satu ciri khas kuliner dan pelestari makanan tradisional di Yogyakarta.

Nah salah satu cemilan lezat yang dijual mbok tenong ini ternyata lumpia Semarang. Jadi bukan lumpia Samijaya yang dihebohkan anak saya, seperti katanya:

“Tapi mamah jangan kaget, lumpia Samijaya ini bukan seperti lumpia Semarang yang isinya rebung. Ini sih isinya semau-maunya penjual, gitu. Kaya bengkuang, taoge, wortel, daun bawang. Yang spesial pakai telur puyuh.”

“Lha, ngapain beli?”

“Ya, karena rame aja.”

Hehehe jawaban anak-anak sering tak terduga ya? Mereka membeli cemilan atau kuliner lain nya untuk alasan yang tak terduga, salah satunya karena viral di media sosial. Lifestyle ibu millennial harus paham hal ini, agar nyambung dengan anak-anak mereka.

Baca juga:
Ke Waduk Cengklik, Menikmati Indahnya Sunset Sambil Menyantap Soto Seger

Berburu Oleh-oleh di Jawa Timur, Ketemu Pentol nan Lezat

Daftar Isi:

  • Lumpia Samijaya vs Lumpia Semarang 
  • Lumpia Semarang, Cemilan hasil Akulturasi Budaya
  • Tentang Mbok Tenong Toko Trubus Yogyakarta
  • Lezatnya Cemilan Toko Trubus Yogyakarta

Jawaban mereka tentang isi lumpia, mengingatkan saya pada lumpia Bandung. Isiannya mirip lumpia Samijaya, yaitu bengkuang, taoge, wortel, daun bawang. Bedanya protein hewani yang dipakai telur, bukan daging ayam.

Cara membungkusnya juga beda. Selain kulit lumpia, penjual lumpia Bandung membungkus lagi kulit lumpia dengan daun pisang, kemudian dibentuk terbuka di bagian atas. Sehingga konsumen bisa menikmati isi lumpia Bandung dengan menggunakan sumpit.

Nah ternyata perbedaan isian bengkuang vs rebung memanng ada “mazhab”nya. Isian lumpia Samijaya maupun lumpia Bandung sama dengan lumpia Jakarta dan lumpia Medan yang menggunakan isian bengkuang. Mirip dengan Popiah Singapura. Jadi bukan suka-suka atau disebabkan gak adanya rebung sebagai bahan baku.

Next time, lumpia jenis ini saya tulis khusus ya? Karena, gara-gara penasaran, esoknya saya mencoba membeli lumpia Samijaya. Tapi bukan di pusat penjualan, di Jalan Mataram, melainkan di cabangnya, Suryatmajan Malioboro, tempat anak saya urung membeli.

Ternyata emang seriweuh itu! Seorang perempuan yang sedang duduk bilang: ”Mulai pemesanan jam 12 siang bu, tapi mulai jualnya jam setengah tiga-an.”

Sementara saya datang pukul 09.00an, harus nunggu selama itu mah, ogah pisan.😃😃

 

nyiomas.my.id

Lumpia Semarang, Cemilan hasil Akulturasi Budaya

Mengapa lumpia Semarang berisi olahan rebung? Karena dari “sononya” isian lumpia adalah rebung dan daging babi. Seperti tertulis dalam buku Dari Sam Poo Kong ke Lumpia Semarang terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah.

Pada abad ke-19, pertama kali diperkenalkan di Semarang oleh Tjoa Thay Joe, seorang pria Tionghoa kelahiran Provinsi Fujian, Tiongkok.

Dengan berkeliling membawa pikulan, Tjoa Thay Joe menjajakan chun juan (yang kini bernama lumpia). Chun berarti musim semi dan juan berarti menggulung. Dalam bahasa Inggris disebut spring roll, dan bisa ditemukan di berbagai negara dengan ciri khasnya masing-masing.

Dasar jodoh, ketika sedang berkeliling itulah Tjoa Thay Joe bertemu dengan Wasih, perempuan Jawa asli yang jualannya mirip, yaitu cemilan berbentuk gulungan yang digoreng. Kulitnya terbuat dari adonan tepung dan telur yang didadar, sedangkan isinya terdiri dari kentang serta udang, yang rasanya cenderung manis.

Tjoa Thay Joe dan Wasih saling jatuh cinta, kemudian sepakat menikah, sekaligus “menikahkan” jualan mereka. Kulitnya tetap sama, isiannya yang berbeda, yaitu daging ayam atau udang yang dicampur rebung manis.

Tentang nama lumpia, ada berbagai versi. Ada versi yang menyebutkan bahwa cemilan tersebut di pasar malam Belanda bernama Olympia Park, sehingga muncullah nama lumpia.

Sedangkan menurut jurnal Lumpia Semarang pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis Tionghoa Peranakan Semarang) dalam Avatara Vol 3 No 3 tahun 2015, lumpia berasal dari kata lun bing yang dalam dialek Hokkian berbunyi lun pia yang berarti kue bulat.

Versi lainnya menjelaskan bahwa penamaan lumpia berdasarkan bentuknya. Lun (Bahasa Jawa) artinya gulung dan pia (Bahasa Hokkien) artinya kue. Jadi, lumpia adalah kue gulung.

Setuju yang mana? Bebas lah ya? 😀😀

nyiomas.my.id

Tentang “Mbok Tenong” Toko Trubus Yogyakarta

Aktualisasi diri seorang perempuan yang telah berkeluarga dan memiliki anak,  kerap dihubungkan dengan mental health mom. Dan saya setuju banget. 

Ingatan tentang mental health mom muncul ketika melihat “mbok tenong” yang dimaksud anak kost. Ketika terpuruk akibat KDRT yang membuat saya merasa tak berguna, saya membuat cemilan kemudian menyetorkannya pada toko kue dan roti tertentu.

Nah di Yogyakarta, salah satu toko yang menerima setoran kue dari UMKM adalah Toko Roti Trubus.  Toko roti legendaris ini selain memproduksi sendiri roti dan cemilan seperti lumpia Semarang, juga menerima titipan UMKM.

Cara membedakannya, ada brand “Trubus” pada plastik pembungkus setiap produknya, lengkap dengan alamat dan nomor telepon. Tidak demikian halnya dengan produk titipan, walau seperti ditulis detik.com, setiap produk titipan UMKM telah melalui proses seleksi yang ketat.

nyiomas.my.id

Toko Roti Trubus, seperti toko tempat saya menyetor kue, juga memberdayakan para penjual kue keliling. Bedanya mereka gak pakai gerobak dorong, melainkan menggunakan tenong.

nyiomas.my.id

Bahkan diawal berdirinya, yaitu tahun 1958,  Toko Roti Trubus menggunakan jasa “mbok tenong” untuk menjajakan produknya keliling Yogyakarta. Baru pada tahun 1980,  Toko Roti Trubus membuka bangunan toko di Jalan Poncowinatan No.67, Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Jogja yang bisa didatangi konsumen.

nyiomas.my.id

Untuk memperingati jasa “mbok tenong”, Toko Roti Trubus memajang sekitar 6 tenongan di atas rak. Tenongan versi zaman baheula itu terbuat dari anyaman bambu, sedangkan kini, tenongan yang dibawa Mbak Rahmi (mbok tenong yang setiap siang hari mengunjungi rumah kami) terbuat dari plastik.

nyiomas.my.id
gelatin aka rolade Toko Roti Trubus

Lezatnya Cemilan Toko Trubus Yogyakarta

Lapar mata! Padahal saya baru usai makan siang, tapi mata tetap lapar ketika Mbak Rahmi mengendorkan selendang yang mengikat tenong, membuka topi camping bertuliskan “Trubus”, mengeluarkan dingklik (kursi pendek terbuat dari plastic untuk duduk, dan mulai membuka tenongnya.

nyiomas.my.id

Terlihatlah berbagai macam roti, mulai dari roti manis, roti sisir, roti kasur dan bolu surabaya. Jenis rotinya mengingatkan saya akan roti Sidodadi, roti legenda Bandung yang isiannya melimpah.

nyiomas.my.id

Kemudian jajanan pasar seperti risoles, kroket, pisang goreng, lumpia, cantik manis (sagu Mutiara)  dan cemilan lainnya. Tak lupa panganan “berat” seperti mie goreng lengkap ayam suwir, dadar telur dan sambal matah.

nyiomas.my.id
siomay bandung

Juga ada gelatin (rolade/bistik khas Jawa Tengah) lengkap dengan sausnya, siomay Bandung (hihihi sebagai urang Bandung, jadi penasaran dengan rasanya), serta songgo buwono, panganan mirip pastel tutup yang akan saya tulis di postingan berikutnya.

Tentang harga, panganan seperti songgo buwono dan gelatin dibandrol sekitar Rp 15.000an. Harga rata-rata roti Rp 10.000. Lumpia Semarang juga Rp 10.000. Selain itu ada juga harga camilan seharga Rp 10.000 untuk 2 pcs.

nyiomas.my.id
lumpia Semarang dari Toko Roti Trubus

Walau lapar mata, saya harus menahan diri. “Camilan basah” seperti ini umumnya gak tahan lama. Karena tujuan utama membeli lumpia, maka saya hanya membeli 1 (satu) buah lumpia Semarang untuk nanti sore, songgo buwono yang harus disantap siang itu, serta 1 (satu) buah roti pisang yang bisa dikonsumsi sampai esok hari.

Bagaimana rasanya?

nyiomas.my.id

Saus lumpia Semarang nya unik, perpaduan cacahan bawang putih dan gula. Untuk saya terlalu manis karena nampaknya yang digunakan gula pasir, bukan gula merah. Namun secara keseluruhan rasa lumpia Semarangnya juara. Komposisi rasanya pas, dan lumpia tetap enak disantap ketika kulitnya sudah dingin.

Gak heran banyak konsumen bersedia di tokonya di Jalan Poncowinatan, sekaligus melihat pembuatannya.

nyiomas.my.id

 

Sedangkan roti pisang, sesuai tebakan saya, rasanya khas roti jadul. Diperkaya pisang utuh yang manis karena matang sempurna, duh nagih banget nih roti.

Sayang, hingga saya menuntaskan tulisan ini, saya belum bertemu lagi dengan Mbak Rahmi. Mungkin kedatangannya bertepatan saya sedang ngebolang atau tidur siang.

Next time kita kupas lagi cemilan dari Mbok Tenong ini ya?

Baca juga:
Songgo Buwono, Cemilan Akulturasi dari Keraton Yogyakarta

Belanja Pisang Kepok dan Kulineran di Pasar Gede Solo

15 comments

  1. Mbuuu.. baru tau banget aku sejarah Lumpia Semarang ini. Yang aku tau kalau makan ini gak cukup cuma satu >.<
    Awal nyoba Lumpia Semarang aku pikir baunya kurang sedap saat digoreng. Tapi pas dimakan, cita rasanya kaya banget. Ya gak aneh wong isiannya aja gak kalah mewah. Jadinya malah gak mau berenti makan karena enggak hihi

    ReplyDelete
  2. Sebagai pecinta lumpia - nyesel juga waktu di Yogya ngga sempat makan lumpia Yogya apalagi boro-boro ketemu mbok tenong! Lumpianya kedengeran gurih dan lembut, isi rebungnya pas, kulitnya tipis tapi nggak gampang rontok, pasti bikin nagih deh.

    Wah sedih juga bacanya ambu tentang KDRT :(((
    saya merasa hidup serumah dengan suami yang baik aja - rasanya gimanaa gitu, kalau lagi ada masalah, apalagi kalau ada kdrt di dalaamnya!
    sukses seelalu ya ambuuu

    ReplyDelete
  3. Setuju yang dari kata Lun (Bahasa Jawa) artinya gulung dan pia (Bahasa Hokkien) artinya kue. Jadi, lumpia adalah kue gulung. Lebih nyambung aja keknya, ya... haha
    Kalo diperhatiin, waktu masih sering dinas ke Jawa, saya sering ketemu pedadang yang jalan kaki mikul, gendong atau bopong dagangan. Padahal medannya menanjak (sering liat kang cilok di wilayah Lembang)
    Nah, di Medan, boro2 jalan kaki, pedadang rata2 naik motor, sepeda aja jarang. Tapi kalo pedagang pendatang (biasa tukang keripik) yang marantau dari Jawa masih mau bawa gerobak jalan kaki.
    Habit kali, ya? Orang Medan males2 apa ya, hiihi

    ReplyDelete
  4. Lumpia salah satu jajanan favoritku mba. Kalau ke Semarang memang wajib oleh-olehnya jajan lumpia ya. Satu keluarga pasti suka deh..
    Tapi baru tahu kalau di Yogya juga ada lumpia yang endul. Mau coba juga ah kalau ke Jogja
    Btw di Kediri juga ada mbok Tenong lho mbak. Jual jajanan kue basah macem-macem, plus lumpia juga.

    ReplyDelete
  5. Mau lumpia apapun kayaknya saya suka hehehe. Tapi, khusus lumpia Semarang yang belum cocok di lidah saya adalah sausnya. Beberapa kali cobain lumpia semarang dari berbagai merk, tetap ygak suka. Makanya saya makan lumpianya aja dengan rawit hehehe.

    Saya suka roti-roti jadul. Rasanya biasanya lebih sederhana. Tapi, memang bikin nagih.

    ReplyDelete
  6. Dari dulu aku suka penasaran "Apakah Lunpia dan Lumpia ini sama?"
    Ternyata hanya penyebutan yaa.. kayak di Semarang, jadinya Lunpia yang khas dengan isian rebung.
    Tapi di daerah lain jadi Lumpia dengan isian tergantung kepercayaan masing-masing penjual. Hihihi..

    Tetep siih.. kalo ke Semarang memang kduu makan Lunpiaa..
    Karena memang se-autentiiikk ituuh.. rasanya, wanginyaa..

    ReplyDelete
  7. Nah saya malah belum pernah makan lumpia Yogyakarta. Kalau yang namanya lumpia, kayaknya kalau gak distop, saya bakalan nyemilin terus. Saking enaknya. Kebetulan kalau di Surabaya ada itu Ambu, Lumpia isi bengkoang deket kampus Ubaya. Awalnya denger kok aneh ya trnyata enak juga kok lumpia isi bengkoang

    ReplyDelete
  8. Kalau saya gak masalah semisal lumpianya isi rebung ataupun sayuran, yang penting bisa disantap selagi hangat hehe. Paling ya, jaga diri aja biar gak kalap makannya 😄

    ReplyDelete
  9. Salut ya, jaman sekarang masih ada bisnis kayak Mbok Trubus ini. Dulu sih saya masih sering menemuin kaya gini, Mbak. Salut sih, unik banget.

    ReplyDelete
  10. Ya ampun Mbak. Dirimu berhasil membuat saya termangu-mangu sekaligus membayangkan betapa berat perjuangan si Mbok mengusung tenong lalu berkeliling menawarkan jajanan. Kuat banget bawa tumpukan rak/wadah plastik itu.

    Ngomongin soal Lumpia, saya mendadak inget. Waktu nginap di seputaran Malioboro dan menyusur teras yang panjang di deretan toko, saya bertemu mbok-mbok yang jualan lumpia persis di depan sebuah toko pakaian. Laris banget. Antriannya mengular. Dia bawa rak dan mesin penghangat sendiri. Lumpianya enak banget deh. Ya ampun. Ketagihan saya hahahaha.

    ReplyDelete
  11. Aku jadi kebayang suasana Semarang setelah baca tulisan ini. Ceritanya hangat, bikin kangen jajanan khas, apalagi lumpia yang diceritain. Rasanya pengen langsung mampir dan coba sendiri.

    ReplyDelete
  12. Membaca sampai akhir
    Jadi gitu ya cerita awal mula lahirnya Lumpia 🙈😍
    Banyak pula versi namanya 🙈

    Itu kalau nunggu smpe 3 jam, apa gak ya Masya Allah banget mbakk 😭
    Untung ada lumpia dari toko trubus ini 😍

    ReplyDelete
  13. Aku tuh baca bagian antre lumpia Samijaya langsung ketawa, soalnya pernah ngalamin juga (meski bukan pas beli lumpia). Niatnya pengen nyobain karena rame di medsos, eh malah kapok karena nunggunya lamaaa banget.

    ReplyDelete
  14. udah lama gak makan lumpia semarang , paling suka yang bentuknya besar dan isinya rebung

    ReplyDelete