Mengintip Malam di Hotel Aryaduta Bandung
Alamat Hotel Aryaduta di Jalan Sumatera nomor 51 Bandung, hmm … dimana ini? Ingatan saya pun langsung menelusur hilir ujung Jalan Sumatera yang membentuk perempatan jalan, tempat patung Persib menjulang di sana.
Ternyata saya salah. Hotel Aryaduta terletak di “hulu” Jalan Sumatera, atau area menuju pemukiman (Jalan Riau), bukan di “hilir” menuju area komersil, yaitu Jalan Veteran, Jalan Lembong dan Jalan Tamblong, serta pastinya patung pemain Persib yang pernah diduga sebagai Ajat Sudrajat.
Ketahuan banget “tukang ngukur jalan” ya? Hehehe …. maklum anak-anak saya dulu sekolah di Jalan Riau (sekarang Jalan LL RE Martadinata), setelah masuk sekolah lanjutan ada yang masuk ke SMPN 2 dan SMPN 5 yang berlokasi di Jalan Sumatera juga.
Seperti Hotel Aryaduta, kawasan Jalan Riau (sekarang dikenal sebagai pusat factory outlet (FO) dan surga kuliner), pada masa kolonial Belanda merupakan kawasan perumahan elit untuk orang Eropa.
Sedangkan SMP Negeri 2 dan 5 Bandung menempati bekas bangunan sekolah milik pemerintah Hindia Belanda. Bahkan pernah berfungsi sebagai penjara bagi orang Eropa Belanda yang terjebak di Indonesia.
Nah Hotel Aryaduta, pada tahun 1930-1950 an merupakan hotel bernama Flat Olcott Park, hotel yang terkenal di kota Bandung pada masa itu.
Baca juga:
Pengalaman Menginap di Hotel Syariah dan 5 Faktanya!
Semalam di Salatiga, Kota Tua nan Romantis
Daftar Isi
- Mengenang Hotel Aryaduta d/h Hyatt Regency Bandung d/h Hotel Pakunegara d/h Flat Olcott Park
- Mengintip Malam di Hotel Aryaduta Bandung
- F&B Lezat dan Unik dari Hotel Aryaduta Bandung
- Jejak Kesan Hotel Aryaduta Bandung
Saya searching tentang Hotel Aryaduta Bandung ini sebelum datang ke pertemuan ASUS Blogger Gathering pada akhir Mei 2025 silam, karena sering kulineran di sekitar jalan Sumatera, malah belanja bulanan di supermarket yang berada di Bandung Indah Plaza (BIP), tapi kok ya gak “ngeh” letak Hotel Aryaduta.
Ternyata sebelum menjadi Hotel Aryaduta, bangunan ini mengalami beberapa kali pemindahan pemilik, perubahan fasad dan fungsinya.
Dimulai tahun 1930-1950 an, ketika masih merupakan hotel bernama Flat Olcott Park, halamannya terletak di Mardikaweg, sekarang bernama Jalan Merdeka, tempat dibangun BIP, mall modern pertama di Kota Bandung.
Konon, halaman dalam dan luar Flat Olcott Park merupakan taman yang asri. Membuat pengunjung nyaman. Terlebih hotel ini juga memiliki ornamen yang cantik dengan dinaungi pepohonan yang rindang. Tumbuhan liar menempel di dinding. memberi kesan hotel menyatu dengan alam sekitarnya yang rimbun.
Hotel yang pernah menjadi pertemuan kelompok teosofi, filsafat keagamaan dan mistis ini mempunyai ruangan bergaya modern dengan furniture berkelas pada era tersebut.
Pada pertengahan tahun 1950, Flat Olcott Park berubah nama menjadi hotel Pakunegara. Sekitar tahun 1980-an, cagar budaya tersebut dirobohkan, dan pada 1997-an berdiri dua bangunan megah, yaitu mall bernama BIP yang menghadap ke jalan Merdeka, serta Hyatt Regency Bandung yang beralamat di Jalan Sumatera.
Pada tahun 2007 PT Lippo Malls Indonesia (LMI) mengakuisisi kepemilikan BIP dari Bhuwanatala Indah Permai, disusul Hotel Hyatt yang berubah namanya menjadi Hotel Aryaduta, setelah kontrak pengelolaan berakhir.
Waw, ternyata Hotel Aryaduta yang akan saya kunjungi, punya sejarah panjang, yang harus saya eksplor, walau waktunya sangat sempit.
Mengintip Malam di Hotel Aryaduta Bandung
Dinamakan “mengintip” karena saya cuma sebentar di Hotel Aryaduta. sejak memasuki lobby sekitar pukul 16.00 dan harus berlari pulang sekitar pukul 20.00, agar bisa mengejar waktu keberangkatan travel Bandung-Jatinangor.
Beruntung team ASUS enggak memberi tugas bikin video on the spot. Sehingga bisa ngobrol dengan teman-teman blogger Bandung yang jarang banget ketemu. Sekalian ngambil beberapa foto interior Hotel Aryaduta yang sangat khas.
Area pertama yang menjadi sasaran pertama adalah dinding menjulang, seolah membelah area resepsionis dengan bar. Artistik banget. Kanan kirinya menunjukkan jumlah lantai, lokasi keberadaan 254 kamar Hotel Aryaduta.
Dari lantai di atas lobby, terlihat dua orang anak sedang bermain-main dengan wayang golek. Boneka kayu yang digunakan untuk seni pertunjukan teater tradisional dari Jawa Barat tersebut nampaknya sengaja dipajang di beberapa sudut dan dinding, sebagai penanda keberadaan Hotel Aryaduta Bandung.
Demikian pula beberapa lukisan penari Ketuk Tilu, cikal bakal tari Jaipong. Tarian ini merupakan budaya tradisional Pasundan yang lebih sederhana dibanding tari Jaipong, dalam hal gerakan, musik, dan busana.
Tak lupa beberapa miniature gendang yang diletakkan di atas furniture klasik, beberapa lemari kuno,serta … yang bikin saya berdiri lama ketika bertemu koleksi wayang golek. Saya mencoba mereka-reka, apakah sosok wayang golek yang terletak di tengah adalah Yudistira, di sebelah kiri Arjuna dan sebelah kanan Srikandi?
Pasca puas menikmati pernak-pernik budaya Sunda yang tersebar di sepanjang tembok dan sudut Hotel Aryaduta, saya beranjak ke lokasi makan malam, melalui tangga berlantai marmer dengan pegangan tangga berwarna coklat yang terkesan mewah.
Jadi penasaran, apakah masih ada yang tersisa dari Flat Olcott Park, atau telah dilakukan renovasi total?
F&B Lezat dan Unik dari Hotel Aryaduta Bandung
“Nasi gorengnya enak,” kata Teh Efi. Pujian yang segera diiyakan dengan anggukan beberapa teman blogger lainnya.
Wah jarang-jarang teman-teman blogger ngasih pujian Food and Beverage hasil racikan chef hotel. Lebih sering penilaiannya standar aja. Mungkin karena para chef ini harus menyajikan beragam masakan, mulai dari chinese food, western food sampai masakan tradisional.
Seperti yang tersaji adalah fried rice yang chow, vegetable lasagna chicken moza, mie goreng jawa, breaded fish katsu, sauted chicken vinegar, selain itu juga ada chicken soup, kwetiaw kuah laksa, beragam dessert serta appetizer.
Selain fried rice yang chow yang dipuji enak, saya suka vegetable lasagna chicken moza. Tampilannya gak mirip lasagna yang biasa kita santap, yaitu berlapis-lapis. Saya hanya bisa menduga permukaan vegetable lasagna chicken moza ini adalah keju mozzarella saja, tanpa lembaran lasagna, sehingga rentan hancur ketika disendok.
Camilannya juga bikin nagih. Saya sampai nambah cuankie, yang sebetulnya hanya berisi cuankie goreng yang bisa dibeli di toko oleh-oleh. Tapi kuahnya itu lho, mirip kuah Korean Food yang menggunakan anchovies untuk kaldunya.
Selain itu juga lemper hangat, pastel serta beragam keripik.
Sayang, saya gak bisa mengunggah foto makanan yang sangat menggugah selera ini. Selain pencahayaan malam yang cocok banget dengan quote: “Shoot Your Lunch, Enjoy Your Dinner”, saya meninggalkan lokasi makan malam untuk mengabadikan swimming pool yang terletak berdekatan dengan area makan malam. Setelah kembali lagi, jadi lupa deh. 😀😀
Nampaknya Hotel Aryaduta Bandung sedang melakukan efisiensi, sehingga menyatukan area makan untuk tamu. Jadi gak ada ceritanya makan malam tamu meeting, seperti ASUS Blogger Gathering yang gak habis boleh dibawa pulang, atau malah dibuang.
Jejak Kesan Hotel Aryaduta Bandung
Andai tak tahu bahwa kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mungkin saya akan memberi penilaian standar saja pada pelayanan Hotel Aryaduta Bandung.
Tapi tidak, kebijakan KDM (julukan Dedi Mulyadi) melarang pejabat untuk rapat di hotel dengan alasan keadilan dan pemerataan ekonomi di daerah, mengakibatkan industri perhotelan mengalami tekanan yang lumayan parah.
Sebelumnya banyak peraturan gubernur dan walikota digodog di hotel-hotel berbintang. Sehingga perekonomian berputar, tidak hanya untuk hotel juga UMKM-UMKM pemasok kebutuhan hotel.
Saya mengenal beberapa teman yang memasok camilan dan bahan baku makanan untuk hotel. Bahkan ada teman, pelaku usaha pengelola sampah yang bermitra dengan pengurus hotel.
Kebijakan KDM yang hanya menggunakan sudut pandangnya sendiri, telah “membunuh” para UMKM tersebut, karena pengelola hotel harus bertahan di titik ini.
Untunglah Hotel Aryaduta Bandung tak mengurangi pelayanannya yang prima. Paling tidak selama kunjungan “mengintip malam” , kebersihan tetap terjaga, para karyawan tetap sigap, dan review positif tetap bermunculan:
Old hotel but we'll maintained, spacious room, kids & family friendly, strategic location, next to the mall
untuk bangunan hotel memang terkesan sudah lama tapi dari segi design dan layout kamar masih sangat relevan dan fasilitas yang ada juga sangat lengkap mulai dari gym dan pool, untuk sarapan di hotel sangat memuaskan dengan menu yang variatif serta enak.
Jadi, jika kebetulan berkunjung ke Bandung, jangan ragu untuk bemalam di Hotel Aryaduta.
Terlebih untuk keluarga yang ingin memanjakan anak, hotel ini menyediakan ruangan breastfeeding dan kids room lengkap dengan perosotannya.
Baca juga:
Sekelumit Kisah Tentang Rinjani, Pendaki Gunung dan Kematian Juliana Marins
Ke Waduk Cengklik, Menikmati Indahnya Sunset Sambil Menyantap Soto Seger
Ternyata ada sejarah di balik itu semua yaa.. sebelum jadi Hotel Aryaduta, gak nyangka usianya sudah mencapai 1 abad!
ReplyDeleteJadi penasaran siapa sajakah yang berseliweran jaman tahun 1930-1950 an ketika masih merupakan hotel bernama Flat Olcott Park ini!
Aku langsung googling dong, karena pastinya menarik melihat para orang jaman baheula melintas. Eh malah dapat sejarah dulu Flat Olcott Park pernah jadi Hotel Pakunegara, dan si Nama Olcott-Park diambil untuk menghargai jasa salah satu pendiri dan sekaligus presiden Theosophical Society, Henry Steel Olcott (1832 – 1907).
Menarik ambu!
Hotel Aryaduta Bandung ini mempunyai sejarah yang panjang ya Mbak. Dan saya sebenarnya penasaran dengan Flat Olcatt Path. Sayang sekali dirubuhkan. Padahal sudah masuk bangunan cagar budaya. Dan setahu saya bangunan Belanda itu kuat-kuat.
ReplyDeleteTapi tetap Hotel Aryaduta Bandung itu Memesona apalagi ada sentuhan Indonesia yang kental juga.saya suka foto tangganya Mbak, sangat artistik
Hotelnya artistik ya Ambu.. saya penasaran mau nyoba nasi gorengnya hotel Arya Duta. sayang banget kalau hotel-hotel di beberapa daerah di Indonesia terkena dampak peraturan pemerintah, padahal banyak pelaku UKM yang memasok kebutuhan untuk hotel ya
ReplyDeleteHotel yang kental dengan sejarah ya Mbak. Gak cuma tentang pergantian nama beberapa kali tapi juga bangunan lamanya. Saya lupa apa pernah nginap di sini karena memang ada di satu waktu pernah datang di seputaran Jl. Sumatera dan merasakan sebuah kamar besar yang dekat dengan kesibukan jajanan saat malam hari. Barangkali Aryaduta ini ya.
ReplyDeleteWaktu saya ke Indramayu beberapa bulan yang lalu, salah seorang staff marketing hotel di mana tempat saya menginap mengeluhkan soal occupancy. Semakin menurun sejak pemerintah menerapkan efisiensi dan menekan operational cost untuk berbagai kegiatan institusi pemerintahan. Kesian juga sih tapi di lain pihak, dengan kondisi ekonomi sekarang, efisiensi memang harus mulai dijalankan.
Dari pusat (Mendagri) aturan ini sebenarnya hanya imbauan sifatnya, untuk tidak menggelar rapat di hotel, tapi KDM mengubahnya jadi larangan. Belum lagi larangan study tour, duh lengkap sudah penderitaan sektor pariwisata termasuk hotel ya
ReplyDeleteBtw, hampir sama ya dengan hotel Aryaduta Jakarta yang juga sudah berusia puluhan tahun dan punya sejarah panjang