Endog Lewo Hingga Pisang Molen, Camilan Favorit untuk Ngonten

  

maria-g-soemitro.com


Endog Lewo Hingga Pisang Molen, Camilan Favorit untuk Ngonten


“Endog lewo” , pernah dengar nama camilan tersebut? Saya pun baru mengenalnya. Kebetulan pedagang camilan yang rajin keliling komplek perumahan untuk menjajakan aneka kripik dan chiki-chiki-an, membawa camilan berbahan baku singkong ini.

Yup, berbahan baku singkong. Malah sesudah searching, banyak yang menggunakan ampas singkong sebagai bahan baku endog lewo.

Mirip “rasi” (beras singkong), makanan utama masyarakat adat Cireundeu, Cimahi, Jawa Barat. Selain untuk rasi, mereka mengolah ampas singkong menjadi eggroll, peuyeum rasi, kicipir, kembang goyang, keripik bawang, dendeng singkong, serta beragam cookies lainnya.

Kisah kedaulatan pangan masyarakat adat Cireundeu pernah saya tulis di sini:
Beras Singkong, Simbol Kedaulatan Pangan dari Hutan

Demikian pula proses endog lewo. Pasca singkong diparut dan diambil airnya untuk pembuatan tepung tapioka, ampasnya dicampur tepung tapioka dan bumbu seperti garam dan MSG, kemudian dibentuk bulat sebelum akhirnya digoreng.

Berbentuk bulat berongga mirip “sukro”, kok camilan ini dinamakan “endog lewo”? Ternyata penemunya, penduduk kampung Lewo, Garut, yang menamakan “endog” (Bahasa Sunda: telur) karena berbentuk bulat mirip telur. Walau ada juga yang menyebut camilan ini dengan nama “emplod”

Baca juga:
Resep Bolu Kukus Pisang Gagal dan 5 Jenis Pisang untuk Bolu/Cake

Resep Banana Muffin Luvita Ho, dan Beda Muffin dengan Cupcake

Daftar Isi:

  • Endog Lewo, Camilan Seru dari Kampung Lewo, Garut
  • Kecanduan Camilan, Ternyata ada Alasannya
  • Sukro (?) Tahu Khas Sumedang
  • Resep Pisang Molen anu Raos Pisan


Emplod atau endog lewo ini menjadi teman sejati kala membuat konten. Camilan gak sehat ya? Miskin gizi. Hanya berbahan baku karbohidrat, prosesnya pun digoreng. Bumbu micinnya pasti banyak banget.

Tapi gimana atuh ya? Namanya juga addict camilan. Ketika ngonten maunya memamah biak. Mau pilih camilan buah-buahan, susah banget mengaksesnya di kawasan saya tinggal, kampung Cinanjung, Kabupaten Sumedang. Ada sih pisang dan pepaya, tapi lama kelamaan bosen kan ya?

Jadi sewaktu sedang ngonten dan mulut pengen mengunyah sesuatu, terpaksa deh melampiaskan pada kerupuk. Itu lho kerupuk seribuan yang banyak dijual di warung-warung. Di sini ada beragam kerupuk, mulai kerupuk melarat (yang warnanya merah putih itu lho), kerupuk jengkol hingga kerupuk nasi.

Nah kedatangan penjual keliling yang menjajakan camilan, menjadi berkah tersendiri. Camilan kerupuk saya bisa diganti camilan non gizi lainnya.😀😀

Udah tau non gizi, kok masih dilahap? Katanya lagi diet. Hehehe …..emang nih, ketika diet, camilan jadi tantangan terbesar yang harus ditaklukan. Konon penyebabnya adalah masalah psikis. Bener gak ya?

 

maria-g-soemitro.com


Kecanduan Camilan, Ternyata ada Alasannya

Mengunyah camilan adalah tradisi, demikian kata Sosiolog dari Universitas Nasional, Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si (sumber Kompas) Dibuktikan dengan adanya berbagai camilan khas dan unik di setiap daerah di Indonesia.

Iya banget ya? Kala mengunjungi suatu daerah, kita cenderung mencari makanan khas daerah tersebut, sesudah itu barulah cendera matanya, seperti kain dan kerajinan tangan.

Camilan melekat dalam setiap perhelatan dan hari raya keagamaan, seperti olahan ketan (wajik, rangginang), olahan singkong (getuk, keripik) dan lainnya. Umumnya menggunakan bahan baku yang banyak dihasilkan di kawasan tersebut.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat membutuhkan camilan untuk memenuhi kebutuhan fungsional, misalnya ngemil camilan untuk menambah energi. Serta kebutuhan emosional. 

Uniknya survey yang dilakukan Mondelez International didapat alasan orang Indonesia kecanduan  camilan, yaitu:

  • Untuk meningkatkan mood (93 persen).
  • Untuk menemukan momen tenang untuk diri sendiri atau "me time" (91 persen).
  • Untuk mendapatkan rasa nyaman (91 persen).
  • Untuk memanjakan diri atau menghadiahi diri sendiri (90 persen).
  • Untuk beristirahat, menenangkan diri atau menghilangkan kegelisahan (90 persen).
  • Untuk merasa terhubung dengan orang lain (86 persen).
  • Untuk tetap merasa berenergi (86 persen), dan lainnya.

Mungkin mirip kecanduan merokok ya? Baik rokok maupun camilan dibutuhkan kehadirannya untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional. Termasuk ketika ngonten, perokok membutuhkan rokok untuk begadang dan mencari ide. Sementara non perokok membutuhkan camilan.

  

maria-g-soemitro.com


Sukro (?) Tahu Khas Sumedang

Semenjak kerap me time ke Pasar Tanjungsari, atau pasar yang terdekat dengan rumah tempat saya tinggal, kebiasaan ngemil jadi semakin tak tertahankan.

Banyak toko khusus menjual camilan di sini. Mereka membeli beragam camilan dalam kemasan plastik besar, kemudian menimbangnya untuk sekali pembelian. Ada yang menjual Rp 2.000-an/plastik, ada juga yang Rp 10.000/plastik. 

Cara penjualan ini berbeda dengan kota besar, mungkin sesuai daya beli, juga lebih praktis dan bisa menjaga produk tetap renyah.

Nah ketika sedang hunting endog lewo (sebelumnya saya gak tau namanya, hanya bilang mau beli camilan bulat-bulat berbahan singkong), ternyata selain bertemu dengan endog lewo beraneka rasa, ada yang plain (hanya asin gurih), endog lewo dengan campuran daun bawang serta endog lewo rasa pedas, saya juga bertemu camilan lain mirip endog lewo.

“Itu tahu,” kata teteh penjual yang melayani saya berkeliling toko.

Namanya apa? Sang penjual gak tau. Walah gimana atuh jika ternyata enak dan saya ingin membeli lagi, masa harus nanya: “sukro tahu?”, atau “endog tahu” ?

Teteh penjual hanya tersenyum.

Dan jadilah saya membeli sebungkus sukro tahu rasa plain dan sebungkus rasa pedas.

Bagaimana rasanya? Enak! Dan seperti halnya tahu yang digoreng sampai kering banget, camilan ini teksturnya “ngepros”. Duh, saya gak tahu nama lain “ngepros” dalam Bahasa Indonesia. Mungkin crunchy ya?

Cukup berbeda dengan endog lewo yang agak keras (malah pernah beli endog lewo daun bawang yang keras banget) sehingga lebih cocok untuk topping cuankie atau bakso kuah.

Ngemil sukro tahu nyaris tanpa usaha, blem…blem..blem…masuk mulut. Tahu-tahu setoples tahu sukro tandas tak bersisa. 😀😭

 

maria-g-soemitro.com
pisang molen perdana, bentuknya masih seadanya 😭😭

Resep Pisang Molen anu Raos Pisan

Pisang molen? Apa bedanya dengan pisang bolen? Bentuknya, sama-sama menginspirasi masyarakat Sunda akan  pengaduk semen atau pengaduk beton yang dinamakan “molen”.

Bedanya pisang molen dililit adonan tepung kemudian digoreng, sedangkan pisang bolen dibungkus kulit pastry dan dipanggang.

Next time saya share resep pisang bolen ya. Sebetulnya sudah lama saya mengeksekusi resep pisang bolen, mencobanya berulang kali, hingga akhirnya menemukan komposisi bahan yang pas.

Sedangkan pisang bolen, dulu sih ngapain bikin? Di Bandung banyak banget penjual pisang molen. Beda hal nya di kampung Cinanjung, sepanjang mata memandang (baik di sekitar rumah dan sewaktu jalan-jalan ke kecamatan Tanjungsari)  tak nampak satu pun penjual pisang molen. 

Jadi, apabila pingin pisang molen ya harus bikin sendiri. Hiks sedih banget ya?

Padahal dari ke-3 camilan yang dengan setia selalu menemani saya ngonten, pisang molen menjadi camilan terfavorit. Rasa pisang molen tuh lengkap banget: asin, manis, gurih (umami) dan ngangenin!

Alhamdulilah resep pisang molen banyak banget di media sosial. Selain mencoba beberapa resep pisang molen, tantangan terbesar adalah menggiling adonan dan melilit pisang dengan adonan. 

Tricky banget. Jika tidak hati-hati kulit mudah sobek. Selain itu ada kemungkinan adonan kurang kalis sehingga menempel di gilingan (rolling pin).

Gambar berikut ini merupakan awal mencoba resep pisang molen. Sesudahnya hampir tiap minggu saya membuat stok pisang molen dan menyimpannya dalam lemari pendingin, agar bisa digoreng dan dinikmati setiap saat. 

Ada beberapa resep pisang molen telah saya coba. Namun paling sreg resep Dapur Nana yang dishare via channel YouTube-nya.

Pisangnya harus menggunakan pisang khusus digoreng/dikukus, banyak jenisnya seperti pisang nangka, pisang kapok, pisang raja, pisang tanduk. Saya paling suka pisang tanduk karena teksturnya mudah untuk diolah dan rasanya (termasuk harganya) paling top.

Langsung praktek bikin pisang molen aja ya?

 

maria-g-soemitro.com

Resep Pisang Molen (Resep Dapur Nana)

Bahan untuk 20-22 buah

  • 300 gr tepung terigu protein  rendah
  • 2 sdm maizena
  • 65 gr gula halus
  • 65 gr margarin
  • 130 ml air es
  • ½ sdt vanili cair
  • ¼ sdt garam
  • Pisang yang cocok untuk digoreng. Jumlahnya tergantung ukuran pisang. Biasannya untuk pisang kepok bisa dibagi 2

Cara Membuat:

  1. Campur dan saring tepung terigu serta tepung maizena, agar tidak ada gumpalan dan memudahkan proses pembuatan.
  2. Masukkan gula ke dalam campuran tepung, tambahkan gula dan mentega, aduk hingga mentega dan tepung berbutir-butir.
  3. Tambahkan air, vanili dan garam ke dalam adonan, uleni sampai tercampur rata, namun jangan terlalu lama karena bisa membuat adonan menjadi alot.
  4. Bungkus adonan dengan lembaran plastik, simpan dalam refrigerator selama sekitar 1 (satu) jam. Agar terbentuk gluten dan tekstur pada adonan.
  5. Sambil menunggu adonan, kupas pisang dan potong-potong.
  6. Sejam kemudian, ambil adonan dan timbang. Bagi adonan menjadi 20-22 bagian, kemudian setiap adonan dibentuk bulatan, dan tutup kain bersih agar permukaannya tidak mongering.
  7. Ambil satu buah bulatan adonan, giling dengan rolling pin hingga membentuk lapisan tipis memanjang.
  8. Taruh pisang di atas adonan, kemudian lilit pisang dengan adonan hingga tertutup. Lanjutkan sampai selesai.
  9. Goreng pisang molen secukupnya, sisanya bisa disimpan di dalam lemari pendingin.

Eniwei baswei, ternyata saya banyak eksekusi dan posting olahan pisang ya? Padahal ini belum semua lho, masih banyak resep pisang lainnya.

Next time ya?

Baca juga:

Ngemil Sehat? Cobalah Chocolate Peanut Butter Banana Bread yang Lezat ini

Resep Banana Bread Luvita Ho dan Sejarah Banana Bread


16 comments

  1. Anak-mantu senengnya beli pisang molen toko Yogya Ambu. Tapi sejak ada masalah kesehatan, jadi engga makan gorengan lagi deh.
    Aku pun seneng ngemil. Pengen tahu nih camilan Endog Lewo. Ada yg suka lewat depan rumah tuh jual gurilem. Duh...engga tahan. Batuk...Mungkin minyak atau pedesnya artificial (ga tahan cabe buatan)...

    ReplyDelete
  2. Waktu kecil daku pernah bingung bedain bolen dan molen, tahunya pokoknya berbahan pisang dan renyah pas dikunyah 😁
    Alhamdulillah pas gede bisa bedainnya, walau tetep belum pernah bikin hehe

    ReplyDelete
  3. Saya setuju dengan pendapat bahwa ngemil bisa menaikkan atau menjaga mood baik. Beneran berpengaruh kalau buat saya sih. Terasa pas ada kerjaan yang dikerja date-line atau lagi ngedit foto-foto. Biasanya saya, seringkali, pilih camilan yang kriuk-kriuk. Seperti coco crunch tapi gak pake susu. Terkadang juga rebus-rebusan. Tapi gak sering. Yang penting tidak mengandung gula yang tinggi.

    BTW, keknya Endog Lowo ini memang pas digabung dengan cuanki ya Mbak. Musti maknyus itu rasanya.

    ReplyDelete
  4. Hidup ngemil hehehe....
    Saya pun sampai sekarang nggak bisa lepas dari camilan, terus setelah baca artikel ini, jadi mikir, jangan-jangan bener juga ya, saya sudah kecanduan camilan.
    Sukro tahu? wih penasaran jadinya sama camilan ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iyaaa Mbak. Aku dan suami juga rajin beli keripik 1/4 kiloan di pasar. Ada singkong, kentang putih, makaroni, brondong. Pokoknya yang bunyi kriuk deh. Anak-anak malah engga terlalu...

      Delete
    2. daku pun demikian kak,
      cuma nggak nyemil di depan lappi sih biar remah-remah makanannya gak kena keyboard hehe, ntar jadi masalah lain dah wkwkwk

      Delete
  5. kok telaten ya ambu, buat camilan molen sendiri dan di simpan di lemari pendingin. Noted resepnya ah. Pengen juga bisa menakhlukkan resep ini. Suatu hari nanti bisa main ke sini buat lihat resepnya...hhe

    ReplyDelete
  6. Duh, saya baca ini langsung mendadak pengen singkong rebus & goreng deh. Saya loh Mbak, dulu tuh jarang banget ngemil, apapun itu bentuknya. Tapi semenjak rajin nulis dan volume baca yang lebih sering, meja kecil di samping meja kerja tuh selalu penuh sama berbagai macam camilan dan minuman. Apalagi yang asin-asin. Alamak. Gak bisa menolak keknya.

    ReplyDelete
  7. Enak banget kalau makan pisang molen hangat hangat dan kulitnya gak tebal. Suka beli sih tapi gak pernah bikin. Mpo baru dengar Endog lewo

    ReplyDelete
  8. Belum pernah coba nih kak Emplod atau endog lewo, dari ampas singkong ternyata disini banyak singkong mudah2 nti bisa buat .

    Milih cemilan pas lagi ngonten atau nulis itu kadang banyakan ngemilnya kalau akuhh🤪

    ReplyDelete
  9. Ngemil bikin bahagiaaa..
    Tapi kalau lagi safar, aku justru jarang ngemil, Ambu.

    Bisa dicobain nih.. Resep Pisang Molen.
    Lumayan banget buat menu berbuka puasa yang tinggal menghitung hari..

    ReplyDelete
  10. Saya pun sering takjub sama penjual pisang molen, telaten banget ya menggulung pisang dengan kulit molennya.
    Kalau saya belum pernah bikin, seringnya beli saja

    ReplyDelete
  11. Meskipun molennya bentuknya sederhana, tapi keliatan enaknya itu mbak, jadi pengen nyobain. Bikin konten emang top banget ngemil molen

    ReplyDelete
  12. Makan camilan itu emang bikin bahagia, Ambu hehe. Apalagi disambi netflix, disambi nulis, nonton tivi, dll hehe. Sejak kecil jajanananku ya pisang bolen. Biasanya dijual di tempat SD, kecil-kecil ukurannya. Maklum biar harganya murah, kan saku anak SD sedikit banget dulu HAHA. Kalau lagi santai, ntar nyoba resepnya deh. Sekalian nostalgia masa kecil.

    ReplyDelete
  13. endog lowo mirip cimol ya kak hihi... aku baru tau ada sukro tahu, kaya apa rasanya ya, cuma ada di jabar ya?

    ReplyDelete
  14. Duh, kalau saya makan camilan yang Ambu tulis ini, bisa-bisa banyakan makannya ketimbang nulis. Hehehe. Saya suka banget sama pisang molen apalagi kalau renyah gitu ya

    ReplyDelete