Kopi Opak, Antara Kelezatan Mie Goreng, Mitos dan Gemercik Air Sungai

 
nyiomas.my.id

Kopi Opak, Antara Kelezatan Mie Goreng, Mitos dan Gemercik Air Sungai

Bagaimana rasanya makan di pinggir kali? Hmm…takut lihat kotoran manusia yang bikin illfeel, dan malas makan? Gimana kalau airnya bersih? Begitu menggoda untuk  bermain air, dan bernostalgia. Duduk-duduk di pinggir sungai sambil berkecipak, mengudap sekadar pisang goreng atau bekal dari rumah lainnya.

Mirip Rumah Kurcaci Pos, yang merupakan Tempat Berbagi Cerita dan Ceria, vibes itulah yang saya rasakan ketika menjejak resto Kopi Opak. Terletak di pinggir Sungai Opak, banyak pasangan dan keluarga yang menyengaja datang.

Diantaranya sepasang suami istri yang asyik main ayunan dengan kaki terendam air. Tak jauh dari mereka,  genangan yang berasal dari curahan mirip air terjun mini, menggoda beberapa bocil untuk bermain di dalamnya.

Mereka berteriak dengan riang, di bawah pengawasan orangtua yang menikmati makan siang di depan meja kayu berbentuk bulat. Ada pula pasangan yang sedang asyik berbincang dan berselfie, menunggu pesanan tiba.

Baca juga:
Ngobrolin Tutupnya Waroeng Baso Cepot yang Punya Slogan “Hebringna Baso Urat”

Sekelumit Kisah Tentang Rinjani, Pendaki Gunung dan Kematian Juliana Marins

Daftar Isi:

  • Kisah dari Pinggir Kali Opak 
  • 3 Mitos Sungai Opak
  • Mi Goreng, Menu Rekomendasi Kopi Opak 

Dua buah pohon tumbuh menjulur ke arah Sungai Opak. Pohon petai yang sedang malas berbuah, serta pohon ara hutan yang batangnya disarati buah. Bergerumbul buah ara hijau, serta yang telah matang berwarna merah.

nyiomas.my.id
buah ara

Beberapa buah ara hutan berjatuhan dari pohonnya. Konon rasanya manis dan banyak manfaatnya. Namun entah mengapa, gak ada yang peduli. Pengunjung dan pramusaji lalu lalang, tak menghiraukan buah ara hutan berjatuhan dan terinjak-injak.

Kedatangan kami bersamaan dengan rekonstruksi area di bawah jembatan Kali Opak. Pak Totok, suami dari Dwi Sukarni, pemilik Kopi Opak nampak mengawasi dan memberi instruksi pada beberapa karyawan dan tukang bangunan

Area tersebut dulu merupakan sebuah talud yang rusak. Setelah diperbaiki dan dicor, menjadi tempat favorit pengunjung berfoto ria. Selain itu juga bisa menikmati sensasi menikmati hidangan di tengah sungai, dengan iringan nada gemercik air yang mengalir.

Dari beliau, kami mendapat kisah perjuangan mendirikan Kopi Opak. Lokasi resto ini memang harus melewati perumahan penduduk. Gak mudah menemukannya.

Berkat kejeliannya dalam mempromosikan sensasi makan di pinggir sungai, dari satu tempat makan, Pak Totok berhasil membangun tempat makan lainnya.

Sesuai kebutuhan pengunjung, ada yang ingin bermain air sambil menyicipi lezatnya menu Kopi Opak, ada yang berpesta, reunian, serta ada pula rombongan tour (termasuk study tour) yang butuh ishoma, untuk mereka tersedia parkir bus yang cukup luas.

nyiomas.my.id

3 Mitos Sungai Opak

Mitos Sungai Opak ini saya temukan ketika sedang searching tentang Kali Opak. Ya, mungkin karena eyang saya biasa menyebut Kali (Sungai) Opak, saya menjadi terbiasa, tanpa kedalaman makna.

Nah, Sungai Opak yang memiliki panjang aliran sekitar 65 km ini ternyata merupakan induk dari 10 sungai yang mengalir di Yogyakarta, yaitu: Sungai Gendol, Sungai Tepus, Sungai Kuning, Sungai Code, Sungai Gajahwong, Sungai Belik, Sungai Tambakbayan, Sungai Nongko, Sungai Oyo, dan Sungai Winongo.

Gak heran muncul mitos-mitos untuk menjaga kelestariannya. Apa saja?

nyiomas.my.id
buah ara  merah di pinggir Kali Opak

Jodoh dari Sungai Opak

Disadur dari buku Keistimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Mitologi yang ditulis oleh Paniradya Kaistimewan Yogyakarta, dikisahkan Sultan Agung menurunkan titah untuk mencari sumber air suci.

Dalam menjalankan titah, orang kepercayaan Sultan Agung tersebut dibantu satu team yang terdiri dari perempuan dan pria. 

Tentu saja perjalanan mereka tidak mudah, harus menghadapi banyak rintangan. Di antaranya ketika melalui tempuran (dua sungai bertemu dan bergabung membentuk sebuah sungai utama) Sungai Opak dan Sungai Gajahwong, agar terhindar basahnya air, para perempuan harus mengangkat pakaian bawah sehingga betis mereka terlihat.

Aksi ini membuat para pria saling melirik dan saling mengejek, namun berakhir saling suka.
Mitos pun muncul, orang-orang mengunjungi tempuran dan mandi di sana supaya cepat dapat jodoh

nyiomas.my.id
area live music di Kopi Opak

Lampor Pencari Korban

Dalam mitos Jawa, lampor divisualisasikan sebagai keranda terbang. Lampor dianggap sebagai prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang sering melintasi Sungai Opak.

Mitos yang beredar,  menjelang waktu maghrib atau waktu-waktu tertentu akan muncul  lampor yang ditandai dengan suara gemerincing, pertanda para prajurit sedang melewati Sungai Opak. Mereka mencari manusia yang akan dijadikan prajurit tambahan. Karena itu anak-anak dilarang keluar rumah.

nyiomas.my.id
tempat lesehan Kopi Opak

Ramalan Jayabaya 

“Yogyakarta akan makmur jika Kali Opak dan Kali Progo bertemu dalam satu aliran,” demikian bunyi mitos yang konon berasal dari Ramalan Jayabaya. 

Mitos tersebut tentu saja membingungkan, karena kedua sungai berada pada sisi yang berlawanan.

Sultan Hamengku Buwono IX yang terkenal cerdas memutuskan untuk merealisasikan mitos. Ketika Jepang menjajah dan menerapkan sistem kerja paksa, Sultan HB IX memerintahkan rakyat Yogya bekerja untuk kawasan mereka sendiri, yaitu membangun Selokan Mataram yang membentang dari Sungai Progo ke Sungai Opak.

Kini Selokan Mataram digunakan untuk mengairi sawah di daerah Yogya, sehingga ramalan Jayabaya pun terwujud, Yogya menjadi kawasan subur dan makmur.

Walaupun agak membingungkan ya? Jayabaya kan Raja Kediri yang berada di sekitar Jawa Timur, kok ngurusin tetangganya, (sekarang Jawa Tengah). Mungkin Jayabaya sedang “nenangga”, maka muncullah ramalan, ya? 😀😀

nyiomas.my.id

Mie Goreng, Menu Rekomendasi Kopi Opak

“Apa menu rekomendasi Kopi Opak?” tanya saya ketika melihat daftar menu yang agak membingungkan. Karena jauh-jauh datang ke pinggir kali Opak ini hanya untuk menemukan menu seperti nasi goreng dengan beberapa variannya, seperti nasi goreng jawa, nasi goreng sea food, nasi  goreng spesial.

Olahan ayam seperti ayam geprek. ayam bakar, ayam kremes, steak ayam, ayam lingkung, tentu saja dengan pilihan nasi dan 2 macam sambal.

Tersedia juga olahan seafood, yang sebetulnya hanya terdiri dari cumi dan udang saja, dengan 4 varian cara  masak, yaitu asam manis, lada hitam, goreng tepung dan bumbu telur asin.

Serta beberapa sayuran standar, yaitu ca toge, ca sawi. ca kangkung, capcay dan ca sayur.
Selebihnya snack kekinian seperti tahu kocok, tahu crispy, jamur crispy, tempe mendoan, singkong goreng, onion rings, kentang goreng, chicken nugget, pisang goreng, bakwan jagung dan snack lainnya.

Oiya ada olahan gurami, lele wader dan nila, yang diolah sesuai pesanan, yaitu digoreng, dibakar, atau goreng tepung.

Beveragesnya mirip café pada umumnya, ada berbagai expresso, manual brew, kopi dengan berbagai olahan rasa (vanila, hazelnut, gula aren, butter scotch, caramel dan lainnya), serta tentu saja pilihan minuman panas dan minuman dingin.

Juga beragam milkshake, juice, mocktail, squash, serta dessert ice cream dan buah iris.

Untunglah saya bertanya tentang menu rekomendasi. Sang pramusaji bilang bahwa tamu sering memesan mie goreng dan nasi goreng khas Kopi Opak. Saya pun segera membatalkan pesanan ayam geprek (pesanan standar sewaktu bingung memilih menu), dan menggantinya dengan mie goreng.

Ternyata rekomendasinya gak salah! Sambil menulis dan mengunggah foto mie goreng, saya teringat lagi dan kepingin lagi!

Sebetulnya mie goreng (dicampur bihun) biasa. Ada campuran daging ayam, telur dan kol. Diberi taburan daun seledri dan irisan mentimun serta tomat segar.

Yang tidak biasa adalah cara masaknya! Setiap potongan mie dan bihun (gak tersaji dalam bentuk memanjang seperti mie goreng pada umumnya) terbalut bumbu. Teksturnya agak kering tapi gak keras. Rasanya lezat banget!

Swear enak banget! Andai lokasinya dekat, saya bakalan datang lagi deh.

Bagaimana dengan menu lainnya? Standarlah. Enak tapi gak sampai taraf nagih seperti mie goreng.

nyiomas.my.id

Anak saya memesan nasi goreng sea food. Udangnya banyak. Gak heran rasanya umami, dengan tekstur khas nasi goreng Jawa.

nyiomas.my.id

Sedangkan istrinya memesan nila goreng dan ca toge, yang bikin saya penasaran rasanya. Mmm…oke, khas masakan ca buatan orang Jawa. Masakan ca sebetulnya mirip oseng, tapi minus kecap manis, karena ca merupakan Chinese food yang berakulturasi menjadi masakan Jawa.

nyiomas.my.id

Demikian pula ayam kremesnya. Kata kakak saya sih, bumbunya kurang meresap. Mungkin pembuatnya memperhitungkan rasa sambal yang punya rasa cukup kuat.

Eksplorasi minuman jadi pengalaman yang cukup menyenangkan. Saya sempat menyesali gak memesan wedang seruni, dan malah pilih squash strawberry.

nyiomas.my.id

Untunglah pilihan saya gak salah. Menu beverages di Kopi Opak ternyata oke semua, paling tidak pilihan kami seperti mocktail purple power dan milkshake strawberry, gak ada yang mengecewakan.

Sudah seharusnya sih ya? Seperti kami yang menghabiskan waktu setengah jam (17,4 km) dari rumah ke Kopi Opak, pastinya bakal nyesek jika makanannya gak enak, mahal, kotor dan pelayannya jutek-jutek.

nyiomas.my.id
bagian dalam resto Kopi Opak

Beruntung, seperti pemiliknya, para pramusaji selain ramah juga kooperatif. Suasana nyaman dan bersih. Food and Beverage enak dan harganya sangat terjangkau.

Serta tentu sensasi makan di pinggir sungai, yang bikin pengunjung pingin datang lagi.

nyiomas.my.id

 

Baca juga:
Menyicip Kelezatan Fusion Food di Teuan Restaurant Lembang

Mengintip Malam di Hotel Aryaduta Bandung

Kopi Opak #29
⏰09.00-22.00

Rsvp: 0877-1700-0043
cafe & resto dengan view sungai opak instagramable
Jalan Jogja - Wonosari No.km 11,5, Karang Anom, Sitimulyo, Kec. Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55792



4 comments

  1. Mbak saya jadi teringat mengenai hantu lampor, menarik juga nih. Sempat ngetrend di tahun 80an, kayaknya keren kalau diulas lagi. Btw jadi kepingin nih healing ke Opak juga.

    ReplyDelete
  2. Sungai Oyo tempat rafting dan wisata ternyata menginduk ke sungai Opak juga ya
    Wisata kuliner di sungai emang serasa di dunia lain ya. Jarang gitu
    Padahal saya juga kalau pulang dari kebun, bersih² badan dan alat biasanya ya di sungai
    Disini namanya sungai cijampang, hehe...

    ReplyDelete
  3. Baru denger ada sungai Opak ini. Bahkan ada restoran di sisi sungainya yang ternata walaupun agak masuk bisa ditemukan pelanggannya. Zaman sekarang emang keren banget kekuatan digital gugel map maupun sosmed hehe.
    Ternyata banyak mitos2 yang berkembang di sana ya, tapi yakin sih nenek moyang dulu bikin mitos2 karena ingin melindungi daerahnya supaya gak rusak.
    Makanannya cukup banyak pilihan antara olahan ikan atau ayam. Pilihan minumannya juga beragam, begitu pula camilannya, kekinian juga ya menu2nya. Disukai anak2 muda sekarang nih ya :D

    ReplyDelete
  4. Satu tulisan dengan indormasi budaya yang padat. Saya menikmati saat membaca dan menyesal kenapa baru bisa meluangkan waktu untuk mampir ke postingan ini.
    Saya jadi pengen banget ke sana, karena tempat makannya sangat enak, seenak menunya. Kelihatan banget, huhu. Tapi yang terutama ingin mencoba memakan buah ara yang matang di pohon itu, dan disempurnakan dengan suara air,
    Saya jadi lapar banget setelah selesai baca, karena pikiran masih terbetot pada mi dan buah ara merahnya.

    ReplyDelete